UNTUK pertama kali setelah 25 tahun lebih berkarya, grup musik Navicula merilis satu lagu berbahasa Bali. Mengambil judul “Mulih”, lagu yang mereka garap terinspirasi fenomena sosial selama pandemi Covid-19 hampir dua tahun ini.
Kepada wartawan saat pemutaran video musik “Mulih” di Kubukopi, Denpasar, Rabu (13/10), Robi, vokalis Navicula yang membuat lagu dan lirik menjelaskan, saat diajak bergabung dalam program Mai Mebasa Bali yang digagas Puri Kauhan Ubud, mereka sudah punya satu lagu bernuansa pop yang dirasa cocok, tinggal menambahkan lirik berbahasa Bali saja.
“Lagu Mulih terinspirasi dari situasi pandemi saat ini. Banyak orang yang yang dulu bekerja di pariwisata kehilangan pekerjaan, hingga terpaksa pulang kampung ke daerah asal mereka karena tidak mampu memenuhi kehidupan di rantau,” ujar Robi.
Sebagaimana dituangkan dalam lirik lagu “Mulih”, kampung adalah harta yang terlupakan. Di kampung orang bisa dapatkan kedaulatan pangan, syukur-syukur mereka punya lahan sehingga mereka punya opsi untuk kebutuhan dasar. Ada udara yang segar, juga beberapa harta berupa kebijakan lokal yang dulu ditinggakan, kini mulai diingat kembali.
“Banyak orang pulang kampung, terjadi ledakan tenaga kerja di desa, sebenarnya ini harus menjadi momentum kebangkitan pertanian dan desa. Siapa tahu setelah pandemi, mereka yang pulang kampung, setelah dilatih untuk mengembangkan pertanian, malah berpikir untuk tinggal dan mengembangkan desanya. Pandemi juga mengingatkan kita bahwa, sepenting-pentingnya industri pariwisata di Bali, aset yang dijual pada pariwisata di Bali ada dua hal budaya dan alam,” demikian Robi.
Memainkan dan merekam lagu berbahasa Bali untuk pertama kali, Bagi Robi dan kawan-kawan merupakan satu upaya untuk membuat landmark. Soal pilihan bahasa, diakui problemnya adalah penggolongan bahasa Bali. Untuk ini, lagu “Mulih” dibuat apa adanya dengan bahasa sehari-hari sebagaimana pergaulan generasi masa kini.
Diakui, mungkin apa yang dimainkan Navicula belum tentu bisa langsung diterima dengan mudah oleh penggemar lagu berbahasa Bali. Namun seperti kebanyakan budaya pop yang awalnya masih asing, pada akhirnya satu saat bisa saja menjadi lumrah dan digemari. Mereka pun mengaku tak terbebani dengan hal ini itu selain mencoba menghasilkan satu karya yang mungkin saja akan menjadi alternatif baru bagi rekaman lagu berbahasa Bali.
Proses rekaman “Mulih” berlangsung Juli lalu di Epiproduction, Sanur, ditangani operator rekaman Tude Arta Sedana. Selain personel Navicula, Robi (vokal, gitar), Dadang (gitar), Palel (bass) dan Adi (drum), proses rekaman juga melibatkan Donnie Lesmana, gitaris Lolot Band, dan Windu Estianto, keyboardist Supersoda.
Untuk merampungkan video musik, kali ketiga Navicula bekerjasama dengan Silurbarong setelah “Ibu” dan “Dagelan Penipu Rakyat”. Menurut Rai Pendet sebagai produser, video musik yang ditangani sutradara Ayu Pamungkas benar-benar diperhitungkan dari berbagai aspek shoot dan angle. Termasuk ide menghadirkan adegan celuluk yang dikejar massa dan celuluk yang sedang mencangkul di sawah sebagai adegan yang sangat simbolik. Selain itu tentu beberapa adegan natural yang terkesan lucu. (231)