Home BEHIND THE MUSIC Sekali Gerak, Dewi Pradewi Rilis Lagu, Buku, dan Film
BEHIND THE MUSIC tampilkan di SLIDESHOW

Sekali Gerak, Dewi Pradewi Rilis Lagu, Buku, dan Film

Dewi Pradewi

DEWI Pradewi membuat “hattrick”. Melanjutkan kiprahnya sebagai figur publik, dalam sebulan ini ia merilis tiga karya secara beruntun. Diawali dengan penayangan perdana video musik “Jawaban Wilasmi”, Jumat (30/4) pagi, siangnya Dewi menggelar peluncuran sekaligus bedah buku “Tato Perempuan Bali” di The Magendra. Berikutnya, 7 Mei mendatang, ia menayangkan “Dua Sisi” pertama kalinya di Gedung Darma Negara Alaya, Denpasar.

Lagu “Jawaban Wilasmi” adalah rekaman dan aransemen ulang dari “Wilasmi”, lagu pop Bali lama yang sempat dipopulerkan oleh Yan Srikandi. Karena sekarang dinyanyikan oleh wanita, ada beberapa bagian lirik yang diganti, dan judulnya pun diubah menjadi “Jawaban Wilasmi”.

“Lagu-lagu karya Yan Wi bagus-bagus semua. Saya tertarik membawakan ulang lagu Wilasmi, tapi ke dalam irama Keroncong. Bedanya lagi, kali ini musiknya dimainkan langsung oleh musisi keroncong asli dari ,” jelas Dewi Pradewi.

Selain rekaman lagu pop Bali, Dewi juga pertama kali membuat buku “Tato Perempuan Bali”. Materi buku ini diambil dari hasil penelitian saat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana tahun 2019, dengan judul “Konstruksi Stigma pada Perempuan Bali Bertato di Kota Denpasar”.

Selain mulai tertarik dengan tato sejak lima tahun terakhir, Dewi memandang fenomena perempuan Bali bertato dalam wacana sosial, kultur dan moral selalu menyajikan sisi menarik yang mungkin luput dari perhatian khalayak.  Tato sebagai seni dekorasi tubuh, ternyata masih menyisakan berbagai persoalan  bagi perempuan Bali di tengah budaya patriarki yang keras. Bagaimana tubuh, stigma, dan perlawanan tersebut bergulat erat dalam warna warni tato perempuan Bali.

“Kita tidak membicarakan salah benar dalam buku ini tapi jalan tengah untuk berjalan beriringan tanpa melukai hati siapapun di dalamnya,” tegas Dewi.

Lewat buku yang sudah mulai beredar luas tersebut, ia berupaya menceritakan bagaimana bentuk stigma terhadap perempuan bertato di masyarakat, makna, hingga perlawanan yang dilakukan.  Urgensinya adalah implikasi psikis yang dialami oleh terstigma di mana ia adalah sebagai pelaku budaya yang terpinggirkan dari budaya dominan.

Menyambung peluncuran buku “Tato Perempuan Bali”, Dewi Pradewi juga akan memperkenalkan film berjudul “Dua Sisi”. “Ini film cerita, berdasarkan buku yang saya tulis. Jadi bagaimana gambaran isi bukunya, bisa dilihat secara visual melalui film ini,” jelasnya.

Film bercorak drama dengan nuansa komedi ini berdurasi sekira 60 menit dengan dialog menggunakan bahasa Bali dan Bahasa Indonesia. Flm ini sebagai kelanjutan, visualiasi atau semacam tafsir dari buku “Tato Perempuan Bali”. Untuk mewujudkan film ini, Dewi banyak dibantu Puja Astawa bersama tim HaiBanana, Jun Bintang, dan Ajik Cok “Krisna”. Selain Dewi Pradewi dan Jun Bintang, film ini juga didukung pemeran antara lain seperti Agung Raka Suteja (Gung Mayong), Gede Purnama Jaya, Puja Astawa, dan Gung Edi. (231)

Exit mobile version