
MASA pandemi yang sudah melewati satu setengah tahun, memberikan banyak waktu dan menjadi kesempatan bagi banyak musisi dan penyanyi untuk aktif berkarya. Sebut salah satunya Dee Boy Pande, penyanyi lagu pop Bali yang belum lama merilis lagu baru berjudul “Dot Nyumunin”.
Ini karya keempat yang diciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh Dee Boy Pande di tahun ini. Sekaligus menjadi rekaman pertama ia menyanyi duet, dengan mengajak penyanyi dari Kuta, Eka Swastika. Di lagu ini Dee Boy Pande mengangkat kembali fenomena sosial yang kerap terjadi di masyarakat. Ceritanya tentang pasangan pria dan wanita yang pernah berpacaran, setelah sekian lama akhirnya bertemu kembali manakala mereka sudah punya pasangan sah masing-masing.
“Pada dasarnya mereka masih ada punya rasa, dan seperti judul lagu, mereka ingin mengulang kembali cerita indah dulu. Namun karena masih ingat kalau masing-masing sudah memiliki pasangan, akhirnya menahan diri dan merelakan rasa itu cukup disimpan di hati saja,” jelas Dee Boy Pande.
Ketika berpikir untuk mencoba rekaman duet, penyanyi asal Pemogan, Denpasar ini langsung teringat dengan temannya yang kerap menyanyikan lagu pop Bali bernuansa dangdut, Eka Swastika. Jadilah “Dot Nyumunin” yang mengingatkan pada lagu pop Bali era akhir 90-an ala duet Widi Widiana dan Sri Dianawati.
“Sebetulnya sejak kecil saya sudah suka mendengarkan lagu pop Bali. Suka juga nyanyi-nyanyi sendiri, tapi tak pernah kepikiran bakal menjadi penyanyi rekaman. Ini tak lepas dari peran Dwi Negari atau Jro Eling yang pertama kali memberi semangat kepada saya,” cerita Dee Boy.
Penyanyi bernama asli Gede Saputra ini mengawali rekaman lagu pop Bali di tahun 2020 dengan merilis lagu “Sri Prasetya Handayani” ciptaan Dwi Negara, dan diaransemen oleh Arim Ganawangsa. Di tahun yang sama ia juga memperkenalkan lagu “De Bes Keras” ciptaan Turah Leci.
Pengalaman dua kali rekaman itu akhirnya malah mendorongnya untuk mencoba menciptakan lagu sendiri dan terus berlanjut rekaman. Masa pandemi di mana cukup banyak waktu untuk berkarya dimanfaatkan sebaik-baiknya. “Ya tentu sambil ngumpulin modal juga untuk rekaman,” selorohnya.
Dengan begitu hingga saat ini Dee Boy sudah memiliki enam rekaman lagu pop Bali, termasuk De Bes Keras”. “Ulian Munyi di Sisi”, “Menahin Pelih”, “Happy Wedding Anniversary”, dan “Dot Nyumunin”. Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai driver di salah satu perusahaan distribusi ini cukup lega dan menikmati berkarya di rekaman lagu pop Bali karena mendapat dukungan dari keluarga terutama sang istri.
Ia pun tak menampik, walau bagaimanapun ada keinginan karyanya bisa diterima dengan baik di masyarakat dan namanya juga dikenal sebagai penyanyi. Namun menurutnya itu bukan target atau tujuan utama, menurutnya biarlah itu berjalan secara alami saja. “Saya berkarya karena saya suka dan biar ini setidaknya menjadi semacam bukti yang bisa kami kenang kelak nanti,” demikian Dee Boy Pande. (231)