
Lagu “Majujuk di Langit” adalah salah satu lagu yang terdapat di album terakhir Motifora,
“2117” yang diluncurkan Mei silam. “Kami sengaja rilis di Youtube dalam bentuk video lirik dulu, sembari menunggu konsep yang pas untuk menyambungkan dengan klip sebelumnya,” jelas Tunik, vokalis Motifora.
Dikatakan, “Majujuk di Langit” memang bisa dibilang sambungan dari lagu “Ngalahin Gumi”, yang diikuti Sang Dewi (Ngalahin Gumi 2) dan sekarang “Majujuk di Langit” Ngalahin Gumi 3). Karena itu pula, banyak yang berseloroh, kok seperti film ada sekuelnya. Ini pun dijawab dengan ringan oleh personel Motifora. “Hehehe … ya memang. Tapi kami pastikan ini sekuel terakhir dari lagu Ngalahin Gumi,” kilahnya.
Tak hanya “Majujuk di Langit”, dalam waktu yang bersamaan, Motifora juga merilis beberapa lagu yang ada di album 2117 ke dalam bentuk video lirik. Di antaranya lagu “Ajahin Beli” dan “Kanti Numadi”.
Motifora yang berasal dari desa Munduk, kecamatan Banjar, Buleleng awalnya terbentuk dengan nama Motiforline di tahun 2009. Saat ini didukung formasi Tunick (vokal, gitar), Rheno (gitar melodi), Eri (bass), dan Anna (drum) Meskipun datang dengan latar belakang dan dasar bermusik yang berbeda-beda, namun keempat anak muda ini mencoba melebur dalam satu visi dan misi dalam bermusik, bagaimana menghibur dan menyenangkan masyarakat.
Grup yang memilih bermain di jalur pop rock alternative ini pernah penjadi finalis dalam ajang festival bergengsi yang digelar salah satu produk rokok, dengan masuk 12 besar seleksi area Bali-Nusra. Selain itu juga pernah menjadi 10 besar di Festival Gong 2010 yang digelar JTV Surabaya. Di kalangan penggemar lagu pop Bali, band ini setealah muncul dengan nama Motifora di tahun 2015 dan dikenal luas berkat sukses lagu “Ngalahin Gumi”. Februari 2017 lalu, mereka merilis album ke-2 yang diberi judul “Sang Dewi”. (231)