SETAHUN lalu, sejumlah warga binaan Lapas Kerobokan mendapat kesempatan untuk menyalurkan bakat mereka di bidang musik. Bukan sekadar tampil dan menyanyi, namun rekaman satu mini album, merilisnya secara luas, bahkan kemudian tampil pula di sejumlah acara umum. Antrabez (singkatan dari anak terali besi), menjadi fenomena tersendiri baik dalam proses pembinaan di Lapas maupun di jalur musik. Menutup 2017, langkah mereka makin mantap, dengan diumumkannya rencana album ke-2 Antrabez.
Kepada awak media di Denpasar, Selasa (5/12) personel Antrabez didampingi Kalapas Kerobokan Tony Nainggolan dan Anom Darsana dari Antida Music menjelaskan project baru Antrabez yang sebagian personelnya kini sudah kembali ke masyarakat. Meskipun baru persiapan untuk proses rekaman, dan albumnya sendiri direncanakan baru akan dirilis medio awal 2018 nanti, namun Gung Anom – sapaan Anom Darsana menyatakan sangat senang dan merasa perlu segera mengabarkan hal ini.
“Ketika mereka tampil di salah satu acara di Sanur beberapa waktu lalu, saya sempat mendengarkan materi lagu baru Antrabez. Saya tidak tahu kalau mereka sudah punya materi baru. Saya tergerak untuk mendukung mereka menyelesaikan album ke-2. Meskipun baru tahap perencanaan, saya rasa ini saat yang tepat untuk mengumumkan ke publik. Karena dengan demikian akan makin banyak yang tahu rencana ini dan mengundang mereka yang tertarik untuk turut bersama-sama mendukung,” jelas Gung Anom.
Dikatakan, jika di rekaman pertama Antrabez yang rilis Oktober 2016, ia tidak turut campur tangan soal materi rekaman Antrabez selain hanya membantu proses rekaman, berbeda dengan album ke-2 nanti. Pihak Antida Music akan bertindak sebagai produser dan menangani seluruh proses mulai dari persiapan, rekaman, produksi album, hingga marketing dan publikasi. Bahkan Gung Anom menyebutkan, ia akan melibatkan Simon Cotsworth – seorang engineer kelas dunia yang menangani rekaman penyanyi ternama seperti George Benson – untuk menangani rekaman Antrabez. “Saya ingin hasil yang maksimal dan terbaik. Ini juga sudah saya sampaikan kepada yang sedang ada di Jakarta, dan ia sangat tertarik dan menyatakan bersedia,” tambah Gung Anom.
Menariknya, ada satu lagu baru yang berjudul “Alam Bernyanyi” juga dimasukkan ke dalam album kompilasi gerakan antikorupsi KPK yang akan diperkenalkan minggu ini. Jika di album pertama Antrabez memuat 7 lagu yang sebagian bernuansa religi dan berbahasa Indonesia, rencananya di album ke-2 nanti akan memuat 8 lagu berbahasa Indonesia dan 2 lagu berbahasa Indonesia. Tema lagunya pun akan sangat beragam. “Kami tidak ingin albumnya hanya menjadi album religi saja,”ujar Octav, gitaris Antrabez.
Soal dominannya lagu berbahasa Inggris, dikatakan bukan karena gagah-gagahan. Kebetulan saja lagu Antrabez yang sedang digarap sedari awal menggunakan bahasa Inggris. Selain itu ada keinginan agar ini menjadi daya tarik tersendiri dan lebih banyak diulas oleh media di tanah air. Mengingat untuk album pertama, ulasan dan perhatian justru lebih banyak datang dari media luar negeri.
DAMPAK POSITIF. Di sisi lain, Kalapas Kerobokan, Tony Nainggolan menyatakan ada banyak tanggapan positif yang muncul dengan kiprah Antrabez, yang tentunya menjadi positif pula bagi kesan terhadap Lapas yang sebelumnya terkesan penuh kekerasan. Bahkan sejumlah unit Lapas lain di beberapa kota di Indonesia juga melakukan hal serupa. Misalnya saja Lapas Lampung yang baru saja menyelesaikan rekaman musik dari warga binaannya.
“Untuk Antrabez, kalau di masyarakat sendiri, saya menyaksikan saat mereka tampil di acara seperti Denpasar Festival akhir tahun lalu, tanggapan masyarakat sangat baik. Begitu pula bagi suasana di dalam Lapas sendiri, ada perubahan yang cukup signifikan. Setelah kiprah Antrabez, banyak warga binaan yang mendatangi kami dan menyampaikan bakat atau kemampuan mereka di berbagai bidang, serta minta diberi kesempatan untuk menunjukkannya,” ujar Tony.
Tak hanya di bidang seni dan musik, misalnya saja ada warga binaan yang memiliki keahlian di bidang perbengkelan, atau bahkan membuat kue, mendapat kesempatan untuk menyalurkan kemampuan mereka. “Setidaknya dengan kesempatan ini, dapat membantu mereka melepaskan pikiran atau perasaan tertekan atau pikiran. Intinya kesan, suasana di dalam Lapas juga menjadi berubah,” ucapnya.
Meskipun warga binaan seperti personel Antrabez mendapat kesempatan untuk rekaman, bahkan tampil di sejumlah acara di luar Lapas, namun menurut Tony, semuanya tetap melalui prosedur atau SOP yang berlaku. Misalnya saja harus ada surat permintaan atau permohonan secara resmi, yang kemudian dibahas atau dikaji oleh tim Lapas. Biasanya proses persetujuan paling cepat keluar dalam dua hari. “Saya sebagai pimpinan sifatnya menyetujui hasil pertimbangan tim. Kalau tim mengatakan tidak bisa, ya saya juga tidak bisa meluluskan. Bukan karena baru jadi pimpinan saya bisa bertindak bebas sesuka saya, semuanya tetap mengikuti prosedur. Termasuk untuk acara press conference seperti ini, pihak Antida Music sudah mengajukan permohonan dua hari lalu. Dan personel Antrabez keluar dari Lapas pun mendapat kawalan petugas,” pungkasnya.
Munculnya grup Antrabez alias anak-anak terali besi, merupakan bagian dari pembinaan minat dan bakat melalui Sanggar Semeton di dalam LP Kerobokan. Meskipun mereka bermusik di dalam lapas, namun mengikuti perkembangan di luar tetap perlu. Sangat disadari kondisinya tentu berbeda dengan seniman di luar yang lebih punya waktu, berkesempatan luas untuk berkarya. Namun demikian dengan segala kekurangan, muncul tekad memaksimalkan talenta yang ada.
Saat ini Antrabez masih didukung Febri, (vokal), Octav (gitar), Rifa (gitar), Micky (bass), Ronald (keyboard) dan Daus (drum). Oktober 2016, mereka merilis rekaman berjudul “Saatnya Berubah” yang diproduksi terbatas dalam format audio CD. Sedangkan untuk album ke-2 rencananya akan lebih banyak dirilis secara online melalui sejumlah situs seperti itunes. Namun demikian produksi secara fisik juga ada, namun tetap terbatas dan dalam format flashdisk. (231)