
APA makna kata zero atau nol alias kosong bagi Gde Kurniawan? Ternyata bukan sekadar pilihan kata atau istilah. Lewat karya musik terbarunya yang diberi judul “Zero”, ia ingin menyampaikan pesan sekaligus ungkapan semangat bagi siapa saja.
“Seperti biasa, ini lagu tentang motivasi. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, semua susah. Kaya atau miskin, sukses atau gagal, semua ada di posisi yang sama alias sapih tak ada yang menang, tak ada yang kalah. Makanya saya ambil istilah zero,” jelas Gde Kurniawan kepada mybalimusic.com.
Berdasarakan ide awal itulah, lewat lagu “Zero”, musisi asal Singaraja, Buleleng ini mengajak semua bersatu padu, bangkit bersama-sama untuk maju, terus bergerak, karena yakin pasti ada harapan.
Bukan karena jumawa, Gde menceritakan seluruh proses penggarapan “Zero” ia lakukan sendiri. Mulai dari membuat lagu, mengaransir musik, main drum, bass, gitar, menyanyikan, hingga mixing, mastering, membuat desain atau artwork untuk keperluan rilis di platform musik digital, hingga mempublikasikan karya, ia kerjakan sendiri di bawah label Demores Rumah Musik.
“Kecuali satu hal, untuk main suling, saya dibanty Yudha Pranata,” ujarnya.
Sebelum masa pandemi hingga saat ini, Gde Kurniawan mengaku selalu bersemangat untuk berkarya. Entah itu karya sendiri atau mendukung dan membantu penggarapan karya musisi lainnya. Terlebih lagi di masa pandemi, tak ada kesibukan mengisi atau mangatur acara musik, jauh lebih banyak waktu luang di studio.
Menariknya, sejak memutuskan untuk memindahkan Demores Rumah Musik — yang mulanya ia bentuk di Denpasar — ke Singaraja, Gde Kurniawan berusaha mengatur waktu kegiatan sedemikian rupa. Sehari-harinya ia punya “jam kantor” pukul 08.00 – 12.00 wita, lalu istirahat siang. Berlanjut “ngantor” lagu pukul 13.30 -16.00 wita.
Apa yang dilakukan musisi serba bisa ini di kantor atau studionya? Gde mengatakan, Kalau tidak ada proses rekaman atau mengerjakan musik dari luar, ia mengerjakan apa saja. Mulai dari membuat lagu, mendengarkan musik, nonton Youtube, membuat video, memeriksa dan merawat alat-alat, dan lainnya.
“Jadi tiap hari ada saja aktivitas bermusik. Lama-kelamaan jadi terbiasa dengan aktivitas rutin seperti ini,” pungkasnya. (231)