
WABAH virus Corona membuat seluruh jagad kelimpungan, banyak bidang terdampak, tak terkecuali jasa hiburan. Penyelenggara acara, musisi dan penyanyi praktis kehilangan job, seluruh agenda ditunda atau dibatalkan.
Apakah mereka menyerah? Di balik musibah selalu ada hikmah. Alih-alih mengumpat, mencaci maki keadaan, musisi Bali malah tertantang untuk tetap berkreasi. Sejumlah karya muncul dalam waktu singkat, sebagian membesarkan semangat, mengajak semua pihak untuk tidak berputus asa.
Beberapa karya musisi Bali yangdibuat berdasarkan fenomena wabah Corona di antaranya “Gering Gumi” nyanyian Galuh Bilen, “Virus Bengkung (Covid 19)” dari D’go Vaspa, “Sebet yen Tuturang (Corona)” ciptaan Toya Arianto, serta “De Bengkung” duet Jun Bintang dan Dek Ulik.
Menurut D’go yang bersama rekan-rekannya menggarap “Virus Bengkung”, lagu ini sebenarnya tidak direncanakan karena sebelumnya ia sudah menggarap single “Gering Gumi” yang dinyanyikan oleh Galuh Bilen.
“Kalau saat seperti ini bikin lagu sedih nanti masyarakat tambah sakit denger lagunya. Coba buat lagu yang semangat biar masyarakat ikut semangat. Masukan ini benar-benar saya ingat, malamnya saya buat lagu Virus Bengkung ini. Saya mengambil sisi pesannya, diam di rumah saja, jangan bandel atau de bengkung,” jelasnya.
Jika ada yang bertanya mengapa kali ini muncul beda, D’go mengaku sangat menghayati lagu ini, mengibaratkan diri seperti orang gila dengan keadaan, kesusahan dan kebingungan saat ini. Lirik lagunya menggunakan gaya bahasa seperti keseharian.
Untuk karya ini, ia dibantu Ruzdhe yang menangani aransemen musik, Putu Arya bermain bass, harmonica oleh Eman dan video klip digarap Andy Duarsa. “Semoga masyarakat Bali bisa ikuti aturan di rumah saja, bekerja pun harus jaga jarak, jaga kesehatan. Semoga lewat lagu ini masyarakat Bali tersadar dan bisa memutus rantai virus jahat ini,” harap D’go.

Sementara itu Toya Arianto mengaku terdorong membuat lagu “Sebet yen Tuturang” karena teringat cerita sang ayah dan nenek akan bencana yang pernah menimpa Karangasem dulu saat gunung meletus. Pencipta lagu yang sebelumnya punya jadwal regular mengisi pentas musik di sejumlah tempat hiburan dan berbagai acara ini mengaku seperti merasa masa itu kembali dengan adanya wabah corona ini.
“Lagu itu saya tulis sekitar 10 menit dan rekaman sederhana hanya sejam saja. Untuk video klip juga dibuat di rumah secara sederhana apa adanya,” jelasnya.
Lewat lagunya ini, Toya mengatakan ingin mengajak masyarakat untuk stay at home, bukan membuat konten. Ia pun menekankan, pembuatan lagu ini sama sekali tidak ada tujuan komersil, agar tidak dianggap memanfaatkan momen.
“Karena itu link yang digunakan di Youtube bukan punya saya, tapi punya videomaker-nya. Saya cuma mau buat karya apa adanya, tidak menunjuk muka orang, tidak sok bijaksana, tapi bertutur dengan cara pandang saya dari pengalaman pribadi. Sepertinya ada juga orang lain yang punya pengalaman seperti saya, mirengin tutur nak lingsir,” Demikian Toya.
Dengan cara yang tak jauh beda, berkarya dari rumah dengan segala keterbatasan, Jun Bintang juga tergerak membuat lagu berdasarkan fenomena virus corona. Untuk idenya ini, Jun menggaet biduanita Dek Ulik yang pernah diajak duet di lagu “Sing Sabaran” untuk mendendangkan “De Bengkung”. Lagu ini dibuat hanya 5 menit oleh Jun Bintang dan disuting menggunakan HP baik video maupun suara oleh Jun dan Dek Ulik di rumah masing-masing.
“Jadi video ini diedit hanya dengan mengirim datanya ke saya lewat WA. Musik dan aransemen saya garap dalam waktu sekitar 4 jam langsung mixing dan mastering,” jelas Sila dari Silahome Studio.
Kepada mybalimusic.com, Jun Bintang mengatakan lagu ini ia persembahkan untuk semeton Bali agar jangan terlalu sedih menghadapi dampak Corona ini. Kita masih bisa berkarya dan bekerja dari tempat kita masing-masing
“Terciptanya mendadak saja. Efek kelamaan di rumah, trus ingin menghibur semeton yang sudah bosan di rumah saja. Lagunya sengaja saya bikin riang, biar nggak sedih terus. Kan demi kebaikan bersama,” demikian Jun. (231)
