
PUNYA karya ciptaan sendiri tampaknya kini menjadi keinginan banyak band atau grup musik yang biasa tampil regular, mengisi acara musik di tempat hiburan. Tak terkecuali bagi Battle Field, grup yang punya jadwal tampil rutin di beberapa tempat di kawasan Denpasar dan Kuta. Tak cukup satu lagu atau single, mereka malah merencanakan mini album.
“Kami baru merilis satu single berjudul Feeling Blue. Lagu ini juga akan menjadi bagian dari rekaman berisi 6 lagu yang sedang kami garap . Semoga keseluruhannya bisa kami rampungkan tahun ini,” ujar Rifa, gitaris Battle Field dalam perbincangan dengan mybalimusic.com.
Menurut Rifa, ide untuk rekaman muncul saat ia bersama rekan-rekan sedang isitirahat saat jam tampul regular. Adalah Joulin Togas, sang vokalis yang memberikan ide untuk membuat karya sendiri. Alasannya sederhana saja, masa iya terus-menerus membawakan lagu orang lain saja, padahal ada kemampuan, kenapa juga tidak bikin lagu sendiri?
“Ya biarpun kerjaan kami membawakan lagu/karya orang lain tapi alangkah baik nya kan kalau kami juga bisa berkarya seperti mereka yang lagunya sering kami bawakan,” begitulah yang diungkapkan Joulin kepada rekan-rekannya.
Tak mudah untuk menghasilkan karya sendiri apalagi lebih dari satu lagu, di tengah kesibukan untuk harus selalu update lagu-lagu yang sedang hits yang harus mereka bawakan saat tampil menghibur pengunjung. Pun jadwal yang seringkali terbilang padat untuk membawakan karya orang lain mengisi acara hiburan di kafe atau bar, hote, juga acara ulang tahun atau pernukahan.
“Tapi yang jelas kami berusaha agar bisa menyisihkan waktu untuk berkarya di balik kesibukan itu, karena kami juga ingin punya karya sendiri layaknya band band lain pada umumnya,” tambah Rifa.
Battle Field dibentuk di Denpasar, November 2019 dengan personel Joulyn Togas (vokal), Billy (bass), Rifa Nawawi (gitar) dan Boi (drum). Awalnya, saat dicetuskan bahkan ketika rekaman single “Feeling Blue” yang dirilis Desember lalu, mereka masih menggunakan nama Asoy. Namun seiring perjalanan, juga untuk rencana rekaman ke depannya, mereka berganti nama menjadi Battle Field.
“Battle field artinya kan medan perang atau pertempuran. Nah, kami dipertemukan pada saat pertempuran mencarai nafkah sebagai musisi kafe atau sering dibilang sebagai pengamen, hehehe” jelas Rifa sembari tertawa.
Menariknya, Battle Field tak mau membatasi atau mengkotakkan diri ke dalam satu jenis musik. Seperti penjelasan Rifa, mereka memainkan apa yang mereka rasakan. Entah itu pop atau rock . R n’ B, jazz, britpop atau blues. “Semua kami serahkan kepada publik yang mendengarkan, menyebut jenis musik yang kami mainkan sebagai pop blues atau rock atau pop rock atau, boleh-boleh saja. Kami sih ngga keberatan, selama itu bisa diterima di masyarakat. Toh persepsi orang terhadap musik kan berbeda beda,” tandas Rifa. (231)
