Home MUSIC EVENT Tirta Yatra Sekaligus “Ngayah” di Buleleng
MUSIC EVENT tampilkan di SLIDESHOW

Tirta Yatra Sekaligus “Ngayah” di Buleleng

ND1KELOMPOK Nyanyian Dharma memiliki komitmen untuk bisa “ngayah”, tampil mengumandangkan syair-syair kesejukan rohani secara rutin paling tidak setahun sekali. Setelah tahun 2014 tampil di Patirtan Jolotundo dan Candi Brahu, Trowulan, Jawa Timur, kali ini mereka melakukan tirta yatra sekaligus ngayah nembang di Buleleng, Bali. Tepatnya, mereka akan tampil di Pura Agung Bungkulan dan Pura Yeh Panes, Pemuteran, Jumat 17 Juli ini.

Mengambil tajuk pertunjukan kebersaman “Doa Pertiwi Nusantara Harmoni”, Nyanyian Dharma akan tampil dengan formasi Dewa Budjana, Ocha, Anggi, Agung Wirasutha, Gde Kurniawan, Wicaksana, Mang Gita berikut musisi Dewa Budjana, Denny Surya, Rico Mantara, dan Shadu Rasjidi. Nyanyian Dharma juga menggandeng Gus Teja untuk membuka pertunjukan dengan beberapa lantunan komposisi.  Selain itu doa pertiwi nusantara tahun ini juga diisi Gung Heny Janawati, seniman buleleng, vokalis opera lulusan Kanada yang tak lain putri musisi IGB Arjana (alm.)

 “Kami mencoba kembali melanjutkan perjalanan tirta yatra sembari metembang berkesenian dengan format sederhana. Harapan kami, persembahan ini berlangsung khidmat dan mendalam. Kegiatan ini kami laksanakan sebagai rangkaian perayaan hari raya kemenangan (Galungan) serta ajang silaturahmi berkesenian,” ujar Bagus Mantra dari Pregina Production selaku penggagas acara.

Dijelaskan, dalam keseharian pendukung kelompok Nyanyian Dharma yang berpacu dalam rutinitas kreatif masing masing, satu kesempatan baik kebetulan pada suasana libur hari raya ini bisa berkumpul dalam kegiatan doa pertiwi . Bagus Mantra menambahkan, pura Agung Bungkulan Buleleng dipilih dengan pertimbangan banyak maestro seni dan budayawan serta pujangga yang lahir dan tumbuh di desa ini seperti alm IGB Nyoman Pandji serta budayawan pujangga dan tokoh spiritual IGB Sugriwa yang telah menghasilkan banyak karya cipta maupun tulisan panduan yang bermanfaat untuk Bali.

Selepas pertunjukan pagi hari di Bungkulan, sore harinya Nyanyian Dharma bergerak menuju pura Yeh Panas, Pemuteran. Pura Pemuteran sendiri merupakan pura kahyangan jagat yang memiliki sumber mata air panas dipercaya memiliki khasiat pengobatan penglukatan utama. Rangkaian kegiatan di Pemuteran dilakukan dalam rangkaian menuju acara Pemuteran Bay Festival Oktober mendatang sebagai apresiasi terhadap konservasi kehidupan bawah laut oleh masyarakat Pemuteran.

“Semoga kegiatan ini dapat memberi manfaat, paling tidak apa yang kita lakukan membuat hati kita senang salam spirit yang sama yaitu spirit kebersamaan dan berbhakti mendoakan ibu pertiwi dan semesta,” demikian bagus Mantra.

Tentang Nyanyian Dharma

Merupakan kelompok seniman yang menaruh perhatian terhadap isu global mengenai perdamaian, saling mengasihi, dan hidup harmonis di alam semesta. Mereka menciptakan lagu-lagu dengan akar konsep Hindu, dan berbagi dengan cinta dalam komposisi musik dunia universal. Nyanyian Dharma didukung oleh seniman profesional yang sudah berpengalaman, bergabung bersama dengan satu misi besar untuk berbagi hidup dalam damai dan harmonis kepada dunia.

Sejumlah panggung pertunjukan di beberapa negara seperti India, Amerika¸ dan Eropa telah menampilkan lagu-lagu dari Nyanyian Dharma sebagai komposisi alternatif dari Asia untuk yang berhasil menggabungkan beragam kekayaan komposisi musik dengan syair Dharma yang bermakna universal dan mendalam.

Acara rutin tahunan yang disebut “Doa Pertiwi Nusantara Harmoni”, merupakan proyek bekerja sama besar Nyanyian Dharma untuk mempersembahkan doa mendalam bagi Ibu pertiwi dengan suatu pertunjukan kolosal di beberapa wilayah Indonesia, yang memiliki latar belakang sejarah sebagai kepulauan Nusantara, Indonesia.

Pertunjukan pertama di Candi Prambanan, Jogjakarta, Januari 2012. Pertunjukan kedua di Bromo, Tengger Maret 2012. Pertunjukan ketiga, 11 Maret 2013 di Gunung Salak Bogor, dan 12 Maret 2013 di panggung Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan keempat 19 Maret 2014 di Patirtan Jolotundo, desa Seloliman, Trawas, dan 20 Maret 2014 di candi Brahu, desa Bejijong, Trowulan, Jawa Timur

Dewa Budjana adalah pencipta utama Nyanyian Dharma. Ia kembali ke Bali pada awal tahun 1989 setelah memiliki pengalaman mendalam dan merilis sejumlah album di industri musik nasional. Ia berbagi ide-ide konsep komposisi alternatif yang harmonis, dan direspons sangat baik oleh semua teman-teman di Bali untuk membuat Nyanyian Dharma. Semua berkomitmen saat itu adalah momentum yang tepat untuk memulai perjalanan Nyanyian Dharma. Dengan semangat yadnya (berbagi dalam misi sosial), artis pendukung Nyanyian Dharma bersama-sama bergandengan tangan untuk menyajikan komposisi terbaik di industri musik dunia. Hingga saat ini Nyanyian Dharma telah merilis tiga album rekaman dalam format audio CD, dan 2 DVD, Candi Prambanan Live in Concert dan Candi Brahu Live in Concert. *231

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version