APA jadinya bila personel beberapa grup band yang sudah berpengalaman main dan manggung berkumpul, membuat satu project baru? Bisa dibayangkan keseruan mereka dalam berkarya. Adalah Gung Mayun dan Sandi Lazuari dari Joni Agung & Double T, berkolaborasi dengan Mang Edix (Soullast) dan Bobi Dinar (The Bodhi) untuk satu nama baru, The Sarden. Bukan sekadar kumpul, bahkan mereka baru saja melepas single berjudul “Soul Fire”.
Mulai diperkenalkan ke publik 5 Maret, lagu “Soulfire” yang menggunakan lirik berbahasa Inggris, dikemas dalam musik tak jauh dari nuansa reggae. Menariknya, video klip lagu ini juga menampilkan sisispan adegan tari Sanghyang Jaran.
“Penari Sanghyang Jaran menari dalam keadaan trance, tidak sadar, dan bermain-main dengan bara api yang menyala. Tarian ini biasanya ditampilkan untuk menolak bala, membersihkan kembali lingkungan desa, mengembalikan semesta harmoni seperti sedia kala. Kami bangga dengan tarian ini, hingga kami mengambil makna, biarkan api jiwa tetap menyala dan sampaikan cinta kasih untuk semesta umat manusia,” jelas Bobi, vokalis The Sarden.
Ditambahkan, lagu “Soul Fire” ditulisnya setahun lalu, dan musiknya digarap bersama-sama. Makna lagu ini, soul fire atau api jiwa merupakan kekuatan, keberanian, cahaya penerang, penyeimbang, semangat dalam jiwa tiap umat manusia yang harus tetap menyala untuk selalu menebarkan benih cinta kasih yang dititipkan Tuhan bagi semesta dan segala isinya. Rilis lagu ini dimaknakan sebagai saat yang tepat untuk saling bergandengan tangan antarumat manusia untuk saling mengasihi dan menjaga keselamatan alam semesta.
Kecuali Bobi yang memang seorang vokalis, personel The Sarden lainnya mengisi formasi yang berbeda dari yang biasa mereka mainkan di band masing-masing. Misalnya Gung Mayun yang biasanya bermain keyboard kali ini menjadi gitaris, Sandi Lazuardi beralih dari saksopon ke gitar bass, dan Edix “Lubdaka” menggebuk drum. ”The Sarden ingin terus berkarya, walau band ini sama sekali tidak pernah manggung. The Sarden band sing main-main (tidak pernah main),” gurau Gung Mayun. (231)
