THE Blado Beatsmith, label yang cukup kuat beperan dalam mendukung perkembangan skena musik di Bali awal 2000-an, muncul lagi. Setelah cukup lama tak terdengar kiprahnya, label yang pernah menangani beberapa event serta merilis karya sejumlah musisi seperti Ed Eddy & Residivis ini memutuskan untuk aktif kembali. Tahun ini, mereka memulai dengan membantu merilis album lama karya sejumlah grup band indie dan penyanyi Bali.
Kembalinya The Blado Beathsmith diawali dengan rilis album “Unwait” karya Day After the Rain yang diproduksi 2009. Selain itu juga akan dirilis ulang album debut self-titled “Devalli”. Label ini juga sedang dalam proses memproduseri musisi solois muda, yang diharapkan bisa dirilis menjelang akhir tahun 2020 ini
“Saat ini The Blado Beatsmith saat ini telah resmi sebagai salah satu official-agent agregator yang bekerjasama dengan Believe Digital Indonesia. Jadi bisa turut berperan membantu rekan-rekan musisi untuk merilis ke platform digital,” demikian penjelasan Teguh Setiabudi alias Igo, founder The Blado Beatsmith.
Soal rilis kembali album “Unwait” dari Day After the Rain ke platform digital, menurut Igo bisa dikatakan sangat kebetulan. Secara beruntung ia masih menyimpan baik master CD abum “Unwait” yang dirilis secara mandiri di tahun 2009 silam ini.
“Tentunya atas seijin ‘tuannya’, akhirnya album ini bisa dirilis ke digital platform pada September 2020. Dengan harapan sederhana, turut serta menyumbang sebuah buku catatan ke dalam daftar koleksi perpustakaan maha besar karya musik anak bangsa. Jadi, mari kita dengarkan dan selamat bernostalgia,” jelas Igo.
Day After The Rain sendiri adalah salah satu band indie lama yang pernah aktif meramaikan panggung-panggung musik-kreatif di Bali pada pertengahan 2000-an. Sebelumnya, mereka pernah memakai nama Puzzle di masa awal karier bermusiknya. Baru-baru ini, setelah merilis karya baru berjudul “Glow”, mereka mengibarkan bendera baru, Dataran Tinggi, dengan singlenya berjudul Hyang” yang begitu menghanyutkan. (231)