PERGELARAN musik terbesar di Indonesia bahkan se-Asia Tenggara, Soundrenalie, siap digelar lagi. Masih bertempat di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Ungasan, acara akan digelar selama dua hari, 7-8 September. Mengusung tema “The Spirit All Time”, gelaran ini berupaya tetap menjaga semangat yang dimunculkan sejak ajang tahunan ini pertama kali digelar 2003 silam.
“Tahun ini Soundrenaline memasuki penyelenggaraan ke-17. Di sini kami berupaya mengangkat semangat yang sudah ada dari gelaran tahun-tahun sebelumnya sedari awal,” ujar Andhika Adiputra alias Coky dari Level 7 sebagai penyelenggara, saat temu wartawan di Denpasar, Kamis (5/9).
Diakui, sejak beberapa tahun terakhir, ada perkembangan (perubahan) yang signifikan. Soundrenaline tak lagi sekadar pertunjukan musik, namun sudah berkembang menjadi acara yang memadukan musik dengan ragam aktivitas dan program kreatif. Meskipun demikian masuknya unsur kreatif bukan sebagai bagian yang berdiri sendiri, justru diharapkan menjadi satu kesatuan yang mendukung atmosfer acara sedari pintu masuk, pernak-pernik di sekitar tempat acara, dan tentu saja masuk ke konsep panggung yang dibuat sedemikian rupa.
“Tahun ini acara menampilkan 60 penampil, musisi progresif dari berbagai genre dan generasi serta 17 kolaborator dari berbagai bidang. Ini semua untuk menyuguhkan satu penampilan musik berbalut seni demi tercapainya satu timeless festival experience,” demikian Coky.
Dikatakan, memang tidak ada konsep khusus atau semacam perayaan khusus untuk menandai 17 tahun Soundrenaline. Menurutnya, keseluruhan aktivitas nantinya sudah merupakan satu perayaan. Untuk itu pula akan ada banyak kejutan dengan berbagai program kreatif, tidak hanya panggung musik.
“Penyelenggaraan Soundrenaline kali ini bisa dibilang merupakan sebuah perayaan akan konsistensi dalam memberikan ruang bagi musisi maupun kreator dari berbagai bidang untuk bebas berekspresi dan terus menginspirasi,” ujarnya.
Untuk itu, kolaborasi tak hanya terjadi antarmusisi atau antarkreator, namun lintas bagian. Kolaborasi diharapkan terjadi antara musisi dengan musisi, musisi dengan creator, antarkreator, pun kolaborasi antara kreator dan musisi dengan pengunjung. Untuk itu berbagai program mulai dari workshop, marketplace, live cooking demo dari musisi, hingga rap battle, diharapkan dapat memberikan pengalaman festival yang berkesan dan tak terlupakan bagi setiap pengunjung yang hadir.
Sebagaimana penyelenggaraan sebelumnya, akan ada empat panggung dengan tema berbeda-beda, yakni A Stage, Celebration Stage, Creators Stage, dan All Time Stage. Keseluruhannya dirancang khusus secara artistic, melibarkan sejumlah kreator ternama seperti Isha Hening, I Made Aswino Aji, DGTMB oleh Eko Nugroho, Silakarang Art Crew, Uvisual, Fluxcup.
Puluhan penampil baik dari Bali, Ibukota hingga grup band dari luar negeri akan mengisi keempat panggung selama dua hari sedari sore hingga lewat tengah malam. Nama-nama yang akan tampil seperti Seringai, Maliq & D’Essentials, Ran, Tulus, Project Pop, Kunto Aji, Kahitna, Base Jam, Shaggydog, Burgerkill, The Sigit, Padi Reborn, Jamrud, Rocket Rockers, hingga. Sementara itu dari Bali akan tampil Parau, The Hydrant, Dissland, dan Navicula. Musisi mancanegara yang dijadikan unggulan salah satunya Suede, grup band rock asal Inggris yang banyak dikenal era 90-an.
Melengkapi pergelaran juga akan tampil Project dengan tema Kalatattwa atau Sang Waktu yang mengekspresikan sebuah kekuatan yang bertumbuh dan bertahan melawan usia. Kisah Kalatattwa akan disampaikan melalui kolaborasi lintas komunitas yaitu Bali Extreme Drummer, Kelompok Balaganjur Adi Merdangga, Barungan Igel, Dalang, dan Insan Visual Art & Motion. Untuk itu akan terlibat setidaknya 17 pemain perkusi dan penari serta 30 penabuh Adi Merdangga. (231)