
SATU pendatang baru meramaikan belantika musik Bali. Namanya Damar. Belum lama ia merilis single berjudul “Sejenak Saja” dalam format akustik. Pendatang baru? Bisa dikatakan begitu, karena Damar baru saja memulai mencatatkan namanya di tengah ramai kiprah musisi dan penyanyi Bali. Namun begitu menyaksikan video musiknya, jelas terjawab sosok di balik nama ini bukanlah orang baru di kancah musik Bali.
“Ya, Damar saya pilih sebagai nama baru untuk projek saya saat ini. Seperti artinya, lampu atau cahaya yang sedang saya butuhkan untuk berdamai dengan diri pada masa pandemi yang sedang kita hadapi,” jelas Damar yang sebelumnya dikenal dengan nama Lenju.
Dijelaskan, “Sejenak Saja” ditulis atas dasar kerinduan kepada teman-teman sekaligus caranya untuk mengingatkan diri, bahwa dalam menerima situasi ini (pandemi), kita harus di rumah saja untuk sementara waktu demi kesehatan semua orang.
“Saya tidak mau berkonflik dengan siapapun, saya anggap ini adalah cara alam untuk beristirahat sejenak dari polusi yang telah kita buat sehari-harinya. Semoga bumi lekas pulih dan kita dapat berjumpa lagi dengan melihat wajah-wajah orang yang kita sayangi tanpa harus tertutup masker dan terbatasi oleh jarak,” papar Damar.
Sebelum “menjelma” sebagai Damar, musisi asal Karangasem ini sempat membentuk band juga berkarier solo dengan menyanyikan lagu pop berbahasa Bali. Pria yang bernama lengkap I Gusti Bagus Kususma Atmaja sudah mulai menggemari musik sejak duduk di bangku kelas IV SD, saat ia sering disapa dengan panggilan “Lenju”.
Berawal dari main gitar, saat di bangku SMA, umur 16 tahun ia juga mencoba menyanyi. Sejak itulah ia mulai memakai nama Lendjoe 16. Sempat membentuk grup band yang membawakan musik alternatif, namun tak berumur panjang karena kesibukan masing-masing personel.
Sejak 2013 pria ia memutuskan untuk bersolo karir, namun tidak meninggalkan warna musik alternatif. Karyanya, satu album lagu berbahasa Bali yang diberi judul “Agetih Anatah” yang kalau diartikan, satu darah satu pertiwi. Lagu-lagunya seperti “Natu Jagad”, “Ada ne Berubah”, “Tresna Terinjak”, “Percuma Lanjutang”, “Mewali Rahayu”, “L.A.U. (liang ane utama)” dan “Bhinneka Tunggal Ika”. Di luar itu, ia juga menjadi penulis lagu, arranger, dan sound engineer. (231)