
GRUP penembang lagu berbahasa Bali, XXX, baru saja memperingati hari jadi ke-12. Lebih dari satu dasawarsa grup yang awalnya banyak dikenal karena memadukan nuansa pop rock dan rap/hip hop ini telah berkarya di kancah musik pop Bali. Sejumlah album telah dihasilkan, dan sederet hits telah tercipta. Meski demikian, para personelnya sendiri tak pernah merasa sebagai “artis”. Hal ini pun berulang kali ditegaskan Rah Tut, salah satu vokalis grup ini.
“Ketika tampil di panggung misalnya, saya tidak merasa sebagai seorang artis, sebagai seorang seniman musik. Saya lebih menganggap diri saya sebagai seorang penghibur,” ujarnya dalam satu perbincangan dengan mybalimusic.com belum lama ini.
Bukan tanpa alasan pria bernama asli I Gusti Ngurah Marianta ini mengatakan demikian. Menurutnya, sebutan sebagai “artis” mengandung satu beban dan tuntutan yang cukup besar. Bagaimana si artis dituntut bisa tampil sempurna di atas panggung.
“Beda dengan penghibur. Kalau sebagai penghibur, tugas saya lebih bagaimana membuat penonton senang dan terhibur. Bahkan kalaupun misalnya saya merasa ada yang kurang atau sedikit keliru dengan penampilan di atas panggung, bisa kita bawa santai saja malah dijadikan sebagai bagian dari hiburan,” jelasnya.
XXX pada awalnya hanya didukung tiga kakak beradik, Rah Tut dan Rah Tu (vokal) serta Rah Mink (gitar). Untuk melengkapi rekaman maupun penampilan di panggung, mereka menggunakan additional player. Seiring perjalanan waktu, setelah 2010, XXX resmi mengajak pemain tetap Rah Angga (bass), Rah Alit (drum) serta Sila (gitar, keyboard). Enam album rekaman yang telah dihasilkan XXX berawal dari “Druwenang Sareng” (2003), “Jingkrak-Jingkrak” (2004); “Bikul Pisuh” (2006); “Sangut Delem” (2008); “Nak Bali” (2010); dan “Welcome to Bali” (2014). *231