
ANACARAKA muncul lagi. Sempat mewarnai belantika musik dengan satu album punk rock berbahasa Bali “Aspirasi” di tahun 2004, grup ini tertidur panjang. Hingga awal tahun ini memutuskan untuk berkarya lagi dan merilis single berjudul “Bulan Bintang. Namun kali ini mereka menggunakan nama The Anacaraka dan memainkan lagu berbahasa Indonesia.
“Karena formasi baru, agar tidak menyinggung personel lama, kami putuskan mengganti nama menjadi The Anacaraka. Selain itu perubahan nama juga karena konsep lagu-lagu kami sekarang tak hanya berbahasa Bali, namun juga berbahasa Indonesia dan Inggris,” jelas Dik Prabu, vokalis The Anacaraka saat dihubungi mybalimusic.com di Denpasar, Senin (15/2).
Pria yang juga memainkan bass gitar ini mengatakan, keinginan untuk berkarya lagi tak lepas dari dorongan sekaligus dukungan sejumlah rekan musisi. Bermula ketika Angga, pentolan Divara band menghubunginya karena ingin menggunakan lagu Anacaraka yang berjudul “Tresna Kepalasang”. Obrolan berlanjut hingga tercetus usulan untuk membangkitkan lagi Anacaraka.
“Saya yang bisa dibilang sudah melupakan dunia musik sejak lama, merasa terpanggil dengan ajakan untuk membangkitkan lagi band ini. Saat juga tertantang untuk menciptakan lagu baru dan mengajak teman-teman dekat yang saya rasa cocok karakternya sebagai personel baru The Anacaraka,” cerita Dik Prabu.
Jadilah The Anacaraka dengan formasi Dik prabu (vokal, bass), Dolar Perman (gitar), dan Nte JackRoll (drum). Mereka pun memutuskan untuk tetap konsisten memainkan musik punk rock. Terbilang dadakan, proses penggarapan single perdana “Bulan Bintang” berlangsung cepat mulai dari rekaman hingga pembuatan video klip.
Tentang lagu “Bulan Bintang”, Dik Prabu menjelaskan idenya untuk mengungkapkan ketegaran dan harapan seseorang ketika terpuruk atau berada pada titik bawah dalam menghadapi banyak masalah dan problem kehidupan.
“Lagu ini sedikit banyak terinspirasi dari kondisi sosial masyarakat saat ini ketika menghadapi pandemi. Banyak orang di sekeliling kita panik dan resah menghadapi keadaan sosial yang makin sulit,” kata Dik Prabu.
Untuk video musik, ia sengaja mengilustrasikan tema lagu dengan sesosok narapidana yang mencoba meloloskan diri dari keterpurukannya , berusaha berjuang ingin kembali berbahagia dengan keluarga atau kehidupan sebelumnya. Meskipun untuk itu banyak ia harus menanggung risiko tinggi. (231)
