MESKIPUN kasus Covid-19 sudah melandai, pandemi berlalu, dan aktivitas umum pelan-pelan bersangsur kembali seperti biasa, namun dampak dan pengalaman pada saat pandemi takkan bisa dilupakan. Ada banyak hikmah dari masalah orang kebanyakan tersebut.
Pengalaman itu pula yang diungkapkan Debby Goak dalam lagu terbarunya, Mare Merase. Lewat lagu ciptaan Raymond Natha ini, Debby mengingatkan bagaimana ketika kondisi pariwisata sedang naik dan perekonomian bagus, banyak yang seperti lupa diri dengan menghambur-hamburkan penghasilan. Saat kondisi berubah gegara pandemi, mare merase bagaimana susahnya hidup.
“Ya … Saat pandemi, semua aktivitas pariwisata hancur. Semua orang banting stir untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jadi teringat masa saat pariwisata majum semua orang begitu gegabahnya menghamburkankan uang, tidak menyangka bakal adanya krisis ekonomi karena pandemi,” jelas Debby Goak.
Lewat lagu ini pula ia ingin mengajak semua belajar dari pengalaman, bagaimana menghadapi perekonomian sekarang untuk bangkit kembali.
“Mungkin sekarang baru merasakan begitu pentingnya suatu pekerjaan. Penyesalan selalu datang belakangan, setelah sebelumnya berfoya-foya menikmati hidup,” ujar pria kelahiran Kuta, 25 September 1991 ini.
Debby Goak mulai terjun ke belantika musik Bali tahun 2010. Awalnya, penyanyi bernama lengkap I Wayan Debby Andika Erisandi ini bergabung dengan penyanyi lain, merilis mini album Tri Datu kompilasi. Saat itu ia menyanyikan lagu ” Kambang kambang dan Kembang Bintang, duet bersama sang istri. Selepas itu ia mencoba peruntungan dengan merilis sibgle Tusing Kalah Daya yang diciptakan Mang Raka.
Memanfaatkan media berbagai Youtube dan media sosial lain, Debby Goak cukup aktif berkarya. Ia pun bekerjasama dengan sejumlah pencipta lagu, seperti duetnya dengan Juni Putri, Terasi (Tergantung Situasi) yang diciptakan Mantra Satya, Sayonge Makalangan Tanah ciptaan Panji Kuning, Cinta Sejati ciptaan Mang Arim. Debby juga menciptakan sendiri nyanyiannya seperti Tresna Tuah Di Munyi. (231)
