SETELAH berproses cukup lama, akhirnya Wibhi Laksana merampungkan rekaman perdananya. Satu projek yang diberi nama Manusia Goa baru saja diperkenalkan ke publik lewat karya berupa mini album bertajuk “Jalan Raya”. Ada empat lagu yang dibalut oleh nada-nada blues dalam karya yang diluncurkan akhir pekan lalu,di warung Kubukopi, Denpasar.
Empat lagu tersebut diantaranya ‘Entah’, ‘Ourselves’, ‘Menembus Lamunan’ dan ‘Sun Will Rise Again’. Selain elemen blues, ada juga nada-nada seperti, folk, sufi serta phychedelic, “Lagu-lagu ini menggambarkan kegelisahan saya dalam melihat kehidupan dan upaya pencarian jati diri yang belum selesai,” ungkap alumnus jurusan Filsafat Timur di Institut Hindu Negeri (IHDN) Denpasar yang kini juga bekerja sebagai wartawan kanalbali.com ini.
Soal judul “Jalan Raya”, menurut Wibhi sebagai satu ungkapan atas kebingungan dalam pencarian makna diri dan kehidupan. Layaknya anak muda yang mencari jati diri baik dalam bermusik ataupun makna hidup.
”Jalan raya tak ubahnya sebuah seperti waktu yang terus berjalan menuju tujuan akhir yang pasti, dalam perjalanan itu acapkali kita menemukan banyak hal,” ujarnya.
Pemberian nama Manusia Goa, bukan nama asli si pemilik karya, menurut Wibhi terinspirasi dari sebuah kiasan milik filsuf TYunani, Plato, yang mengemukakan kebenaran masih bersifat subjektif tergantung siapa yang mengalami.
“Layaknya orang yang melihat bayangan mereka dari api di di dinding goa, tanpa pernah keluar. Bayangan itu menjadi sebuah kebenaran bagi mereka. Hal itu sejalan dengan pemikira bahwa karya adalah penggambaran atas apa yang dialami, ataupun amati, itu adalah kebenaran bagi mereka,” jelasnya.
Secara keseluruhan, penggarapan debut Manusia Goa di belantika musik Bali ini menghabiskan waktu sekitar dua bulan, didukung label Indigo Record. Lagu-lagu dari mini album “Jalan Raya” kini sudah dapat didengarkan di platform musik digital seperti, spotify, joox, itunes. (231)