
MERILIS satu lagu atau single saja dulu sebelum melepas album penuh, menjadi pilihan banyak penyanyi maupun grup band lagu berbahasa Bali untuk berkarya. Ini pula yang dilakukan grup yang menamakan diri Sake IIII (baca: Sakepat). “Sebetulnya materi lagu sudah ada. Kami sengaja melepas single dulu sambil melihat apresiasi masyarakat. Kalau diterima, segera menyusul lagu-lagu berikutnya,” jelas Dedy, vokalis juga gitaris Sakepat.
Single Sakepat yang kini sudah siap diperdengarkan ke publik, juga sudah rampung video klipnya, berjudul “Makelar Massa”. Lagu bertema kritik sosial yang sangat actual ini, menurut Dedy terinspirasi dari fenomena banyaknya masyarakat atau tokoh yang dengan mudah gonta-ganti dukungan terhadap calon anggota legislatif, juga bisa mengerahkan massa tergantung bayaran.
Simak saja liriknya yang bernada sindiran, juga humor walau mungkin sarkastik.
Roko mekedus baju mepelitang / lengene gede bek misi tattoo titipan / Negak di posko 24 jam / Gerang gerung di jalanan, mobil anak buke ye ngelahang / Munyine bangras care celeng pantigang
Ento mula gaya penggerak massa / Massa sing bergerak, sing nyidaang megaya / Mobilne care komik mejalan, bek misi gambar ganti ganti dogenan / Paon mekedus begbeg dadi andalan / Mekejang caleg kejanjiang, lumayan gae limang tahunan /Panen raya mekelo keantiang
Durusang gus durusang, elit politike masih konden jujur sajaan / Buin limang tiban konden karoan ada ngingetang / Durusang gus durusang, sing ada anak nyalahang / De ngitungang visi, ne penting kantonge misi / HP ne memunyi 24 jam, agenda sima krama atur melahang / Diastun massane ento-ento dogenan
Menurut Dedy, Sake IIII yang didukung Dedy (vokal, gitar), Nonik (keyboard), Manung (gitar), Widhi (bass), dan Ary Wahyudi (drum) lebih dari sekadar grup musik. Sake IIII adalah persaudaraan dan persahabatan dengan segala kepentingannya, kesenangannya juga kewajibannya. Nama ini berawal dari sebuah bangunan serupa jineng/klumpu/lumbung/bale bengong dengan empat pilar atau tiang (yang di Bali disebut saka, dibaca sake). Di bale bengong inilah personelnya berbagi cerita, berdebat dan saling hujat. Hingga berkumpul di sake pat menjadi kebutuhan, keisengan juga sedikit kewajiban.
“Setidaknya di bale sake pat ini dibutuhkan empat orang untuk memulai semua kegiatan, apapun jenis kegiatan itu di dalam kelompok ini. Masing-masing mendapat bagian di salah satu tiang untuk bersandarm melepas penat, gelisah dan resah, bila bahu sahabat sudah tidak kuat lagi untuk disandari masalah. Dari bangunan sake pat inilah muncul istilah Sake IIII sebagai nama kelompok gradag-grudug ini,” papar Dedy.
Ditambahkan, kegiatan bersama tersebut sudah dimulai sejak masa kakank-kanak di awal 80-an, dan terus berlanjut hingga dewasa, saat masing-masing sudah mulai memahami dan menekuni hobi mendengarkan, mengoleksi dan memainkan musik. Dorongan bermusik kemudian mereka salurkan dengan mengisi acara di tiap acara sekolah dan juga manggung ikut meramaikan kegiatan di masyarakat serta desa-desa, terutama kegiatan ulang tahun sekaa teruna-teruni.
Aktivitas Sake IIII sempat menurun seiring perbedaan tempat tinggal dan kesibukan masing. Hingga beberapa tahun terakhir mereka mulai intens lagi bermusik bersama. Kegiatan gradag-grudug ini kemudian dengan kenakalan yang lain untuk serius membuat sebuah single, kemudian ingin merekamnya, dan membuatkan video klip untuk diceritakan kepada teman-teman yang lain. Sebelum single “Makelar Massa’, Sake III sempat juga melepas single “Tekain Bli” awal tahun kemarin.
“Untuk ke depan kami tidak berharap banyak, kecuali harapan bahwa apa yg kami rekam bisa menjadi pemicu berkembangnya kreativitas dan kecintaan akan musik Bali sebagai pemersat, bukan malah terkotak-kotak karena perbedaan warna,” tandas Dedy. *adn