
DEWA Krisna kembali melanjutkan projek solo di luar grup Harmonia, dengan memperkenalkan lagu “Berbeda Untuk Satu”. Single ke-2 untuk side project ini dirilis bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda lalu. Lewat lagu ini ia ingin menyerukan pesan persatuan dengan menghentikan rasisme yang masih cukup kuat terasa di Indonesia.
“Kita tentu berharap rasisme dapat dihapuskan dari benak setiap warga Indonesia. Sejatinya jika kita dapat menyatukan perbedaan, Indonesia akan jauh lebih maju,” ujarnya.
Krisna mengaku ide untuk menulis lagu “Berbeda untuk Satu” awalnya karena ia melihat di Indonesia budaya rasis itu masih lumayan tinggi. Dalam pergaulan di sekitar saja, jika ada orang yang berbeda ras atau agama dan dia adalah “minoritas” kesannya seperti dikucilkan juga diejek. Walaupun kesannya bercanda, tentu ini tak baik jadinya.
Untuk konsep musik, Krisna memilih untuk memainkan genre poprock yang dipadukan dengan unsur beberapa alat musik nusantara.
“Kenapa saya padukan dengan alat musik nusantara, karena melalui lagu ini saya ingin mereka yang mendengarkan bisa paham bahwa banyak alat musik yang berbeda-beda, bisa disatukan ke dalam satu karya dan menjadi sangat indah,” jelasnya.
Untuk keperluan itu pula, Krisna banyak dibantu dengan permainan musik etnik oleh beberapa teman yang dulu sama-sama turut di ajang kompetisi Rising Star. Ia pun melibatkan teman duetnya di Harmonia, Rusmina Dewi yang menjadi gerong di bagian awal lagu. Sedangkan untuk proses penggarapan musik dibantu oleh Nano Edon. Krisna pun mengaku cukup puas dengan hasil penggarapan lagu yang mengikutsertakan banyak unsur ini.
Terkait dengan solo projek ini, Dewa Krisna mengaku tak ada masalah dengan teman-teman personel Harmonia. Bahkan semuanya turutmembantu mempromosikan. Saling pengertian terjadi karena bisa dibilang personel Harmonia juga punya side project masing-masing.
“Kami saling memahami satu sama lain karena tiap individu pasti punya idealisme yang tidak bisa dituangkan ketika kami menjadi satu di Harmonia. Harmonia sudah punya pakem tersendiri, sehingga kesempatan untuk menyalurkan idealisme masing-masing ya dengan membuat solo projek,” demikian Krisna. (231)