KELOMPOK Kroncong Jancuk (KJ) unjuk kreasi lagi. Mereka baru saja meluncurkan satu lagu baru sekaligus video klip berjudul “Mengkeb”. Lewat lagu ini mereka ingin menunjukkan keseriusan dalam berkarya. Acara peluncuran yang digelar di Stel Peleng, Kamis (4/10) malam di Stel Peleng, di luar dugaan dipadati undangan dari teman-teman juga musisi lain.
“Kami benar-benar tidak menyangka segitu antusiasnya teman-teman. Di luar dugaan yang datang membludak, bahkan banyak yang terpaksa harus berdiri. Kami berterima kasih atas apresiasi teman-teman,” ujar Phaii, pentolan KJ kepada mybalimusic.com.
Lagu “Mengkeb” menjadi karya orisinil kedua KJ setelah “Mejangeran” beberapa waktu lalu. Rilis lagu ini sebagai bukti kalau mereka kini makin serius untuk menata dan membesarkan grup ini. “Ini berkat support dari temen temen dan antusias dari masyarakat yang kayaknya sudah mulai bisa menerima kami. Karena band ini sudah mulai bisa memberikan penghasilan bagi kami, kenapa tidak untuk dijalani dengan serius?” kata Phaii.
Dijelaskan, lagu “Mengkeb” didedikasikan untuk orang-orang yang menjalin hubungan terlarang , atau bisa dibilang selingkiuh, dan pastinya mereka berharap hubungan itu tak diketahui oleh pasangan masing masing. Dengan menggarap lagu yang terinspirasi dari kisah seorang teman ini, Phaii berharap mereka yang mendengarkannya bisa lebih mengasihi pasangannya sendiri , dan mengurungkan niat untuk melakukan hubungan terlarang. Tegasnya, stop hubungan terlarang.
Sesuai namanya, sejak dicetuskan, KJ identik dengan music keroncong. Musik yang mungkin terkesan klasik atau kuno, untuk konsumsi orang tua ini, digubah menjadi lebih asyik untuk generasi muda. Phaii mengakui, kroncong adalah genre ygab benar benar susah untuk dimainkan karena sudah memiliki pakem musik yang kuat. “Sebenarnya takut menyebut genre yang kami mainkan ini adalah keroncong. Kami lebih cenderung mengataka kalau band kami ini adalah orkes keroncong,” jelas Phaii sembari tertawa.
Didukung banyak personel, Phaii mengakui tak mudah untuk menjaga dan meneruskan KJ. Salah satunya mungkin karena banyaknya personel dan banyak otak yang menjadi pemikir, jadi untuk menyatukan ide sering kali harus debat terlebih dahulu. Diakui pula, jadi satu pekerjaan tak mudah untuk membesarkan KJ, karena mungkin masih banyak pendengar music yang “awam” dengan musik seperti yang mereka mainkan.
Hingga saat ini, KJ masih didukung Phaii (gitar, vocal), Diah (vocal), Tomcat (ukulele cak), Panjul (ukulele cuk), Mang Pur (bass), Godel (kendang Sunda), Bajra (aerophone), dan Eka John (ddrum). Jika dalam tiap penampilannya KJ selalum menggandeng sejumlah penari jogged, menurut Phaii bukanlah hal yang rumit. “Kami hanya ingin tradisi yang sepertinya sudah mulai dilupakan dan banyakdianggap negatif ini, citranya kembali baik.
“Yang membuat joged bumbung itu dipandang negatif bukan dari tariannya, melainkan karena ulah oknum penarinya. Jadi kami coba mendemokan stop joged jaruh,” demikian Phaii. (231)