
SELALU mengedepankan kritik sosial kemasyarakatan ke dalam lagu-lagunya. Begitulah musisi Bali yang menamakan dirinya Bligungyudha ini. Baru saja ia melepas lagu ketiganya yang diberi judul “Raksasa”. Lewat lagu ini ia ingin menceritakan tentang kesejahteraan orang banyak yang terancam oleh para raksasa.
Menurutnya, “raksasa” yang dimaksud ini adalah para orang berkuasa baik pejabat, pengusaha hingga pemilik kuasa yang terus-menerus menggerus kesejahteraan rakyatnya sendiri. “Raksasa ini ada di berbagai tempat. Ada di berbagai keadaan. Perlu untuk kita sadari hal ini dan melindungi kesejahteraan dan hak kita agar tidak terenggut,” ujarnya.
Lagu “Raksasa” dimunculkan berkat kolaborasi Bligungyudha dengan Bayu Cuaca yang menulis lirik lagu. Sedangkan artwork dikerjakan Adit Onox yang juga vokalis Surviving Shiro. Lagu ini sudah bisa disimak di beberapa platform musik online seperti Spotify, Itunes, Apple Music, Deezer maupun Youtube Music.
Bligungyudha menarasikan, setelah lepas dari penjajahan untuk menjadi bangsa yang berdikari, negara berdaulat bisa dimunculkan dan sudah berlangsung dalam beberapa generasi. Tatanan negeri tumbuh bersama, pembangunan untuk meningkatkan perekonomian berjalan dengan baik, gedung bertumbuh, namun tidak dengan kesejahteraan semua masyarakatnya.
Kekayaan alam yang mestinya mampu menaungi dari ujung barat hingga timur masyarakatnya tidak terjadi semestinya. “Tanah pertiwi diobrak-abrik, atas nama pemenuhan nafsu yang tidak kunjung habis. Dialah raksasa, yang memiliki kuasa dan menginginkan lebih,” demikian Bligungyudha.
Nama Bligungyudha sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai pentolan band Mr. Hit, di luar aktivitasnya di dunia akademis. Belakangan, ia mencoba solo project dengan menggarap lagu-lagu yang liriknya bersinggungan dekat dengan keadaan terkini. Secara musik, ia menggunakan gabungan konsep techno dan orkestra dengan nuansa choir di beberapa bagian. Sebelum melepas lagu “Raksasa” ia sudah meluncurkan “Rehat” yang berlatar kondisi pandemi, dan “Mungkin Harus” tentang konteks depresi dan penerimaan diri.
“Masih ada beberapa lagu dengan tema terdekat yang pastinya akan dirilis dalam waktu dekat. Projek solo ini sebagai media refleksi diri juga semoga mampu menambah khasanah warna musik di Bali,” demikian Bligungyudha. (231)