
BULELENG, terutama Singaraja, sejak dulu sudah tak dimungkiri lagi banyak menyimpan bakat seni termasuk di bidang musik. Hanya potensi yang luar biasa, pun peluang pasar yang sangat luas, sering tak tergarap dengan baik. Kegelisahan akan hal ini kemudian malah mendorong terbentuknya Ake Buleleng. Ini nama grup musik yang sedang semangat-semangatnya untuk berkarya, dan pilihannya, lagu berbahasa Bali.
Melihat mereka yang menggerakkan band ini, soal kemampuan rasanya tak perlu diragukan lagi. Seakan pentolan musisi muda Buleleng tengah berkumpul di sini. Mulai dari penyanyi, musisi dan pencipta lagu berbakat Gde Kurniawan yang bermain gitar, Budi Kurniawan sebagai penggebuk drum, Ngurah Noky yang membetot bass, da nada empat vokalis siap menyempurnakan permainan mereka. Mulai dari Unyil yang sebelumnya bermain untuk New Formation, Yoga “Discover”, Agus Jerink “AA Rock n Roll” dan Andik “Taksu”.
“Kami sepakat untuk memulai project ini dari nol. Dalam artian meskipun personelnya sudah punya jam terbang tinggi dan pernah angkat nama dengan grup masing-masing, namun di Ake Buleleng semuanya sama, di sini semuanya sama-sama berangkat dari nol,” jelas Gde Kurniawan kepada mybalimusic.com di Singaraja, Minggu (1/1).
Grup yang mulai dicetuskan 30 Maret 2016 bertepatan saat HUT Kota Singaraja ini sepakat untuk mengusung lagu berbahasa Bali. Kebetulan pula Gde Kurniawan cukup banyak memiliki stok lagu berbahasa Bal. Awalnya dulu ia hanya membikin saja tanpa terpikir mau diapakan. “Karena awalnya masih berasa gengsi nyanyi lagu Bali, hahaha…,” ujar Gde.
Sesuai nama grup, materi lagunya juga kebanyakan Buleleng, dibawakan dengan bahasa gaya Buleleng, tema keseharian khas Buleleng, termasuk lagu “Yuk ke Buleleng” yang mengangkat tentang destinasi wisata di Buleleng termasuk kuliner khas Buleleng (lagu Yuk ke Buleleng).
Soal nama Ake Buleleng, menurut Gde Kurniawan bukan karena sok fanatisme kedaerahan. Ide itu muncul secara spontan, terdorong rasa bangga sebagai orang Buleleng . Saat Ake Buleleng kemudian terbentuk, Gde pun sudah berpikir mau diapakan grup ini. “Saya selalu berusaha serius dengan semua project musik yang saja jalani. Ya tentunya dilakoni dengan happy-happy juga,” komentarnya.
Bentuk keseriusan itu ditunjukkan dengan rekaman album pertama yang digadang-gadang akan rilis 11 Januari mendatang. Menariknya, album ini tidak dirilis le dalam format pita kaset, bukan CD audio, bukan pula musik video dalam bentuk VCD atau DVD. Lagu-lagu Ake Buleleng akan dilepas dalam format memory card, dan untuk tahap awal diedarkan dalam jumlah terbatas. “Mungkin ini yang pertama kalinya untuk lagu berbahasa Bali. Memang untuk itu biayanya jadi lebih mahal, rencananya kami lepas dengan harga 50 ribu rupiah untuk tiap memory card album lagu Ake Buleleng,” jelas Gde Kurniawan.
Ditambahkan, saat ini seluruh lagu sudah selesai direkam dan di-mixing, tinggal proses penggandaan. Bahkan memory card khusus dengan gambar Ake Buleleng yang dipesan di Jakarta sudah di tangan pula. Dalam waktu dekat, mereka juga berencana untuk “menjelajah” wilayan Buleleng dulu dengan melakukan tur promo keliling. Kata Gde, nantinya pasti juga akan meluas ke seluruh Bali, namun untuk awal mereka ingin memperkuat basis, membangun pondasi musik di tempat asal dahulu. (231)