
NAMANYA unik, Gasskan. Bukan grup band, tapi duo pendatang baru di kancah musik pop Bali. Personelnya, paman dan ponakan, Sugata Medal dan Yande Budiarta. Lewat lagu perdana “De Iluh Nyesel” mereka menyampaikan keluh kesah kehidupan saat ini.
Lewat lagu ini, Duo Gasskan mencoba mewakili perasaan para suami yang berusaha keras mencukupi nafkah keluarga sembari membujuk sang istri agar bersabar dan tidak menyesal punya pasangan berpenghasilan pas-pasan. Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari bagaimana seorang pegawai kantoran dengan situasi saat ini, yang berjuang menghidupi keluarga. Dengan satu harapan, siapa tahu dengan terus berusaha, kelak kehidupan akan jadi lebih baik,
“Lagu ini mencoba mengangkat tema sosial kemasyarakatan. Liriknya sederhana saja, seperti kanggoang malu Luh iraga bertahan, pang genep untuk bulanan,” jelas Sugata Medal yang juga menciptakan lagu.
Meskipun baru pertama kali tampil duo dengan Yande Budiarta, ini bukanlah rekaman pertama Sugata Medal. Sebelumnya, pria yang juga menciptakan lagu “Kaden Aluh” (Dek Ulik) dan “Ujan-Ujan” (Yudi Kresna) ini sempat duet bersama sang istri, Indah Andriani, untuk lagu “Saling Sayangang”.
Untuk merampungkan “De Iluh Nyesel”, Duo Gasskan didukung Jiggo “Palawara” sebagai aransemen musik, yang mencoba menyuguhkan musik simpel dengan lebih banyak menonjolkan permainan gitar.
“Nama Gasskan sendiri diambil dari kata lagaskan atau memberanikan diri. Ya ini mengingat kami berdua merupakan penyanyi yang sudah berumur, namun masih tetap lagas bernyanyi di tengah banyaknya penyanyi-penyanyi muda,” keilah Sugara Medal.
Ia pun berharap lagu ini bisa diterima oleh masyarakat dan menjadi pemacu buat generasi muda juga. Mengingat mereka yang sudah “tua” saja masih semangat berkarya, yang jauh lebih muda jangan sampai terlena dan harus tetap berkarya. (231)