
TIGA tahun menetap di Bali, William Kenji akhirnya memantapkan niat untuk kembali ke dunia musik. Satu lagu berjudul “Sampai Ujung Dunia” dirilisnya pekan ini. Lewat lagu ini ia mengungkapkan bagaimana perasaan begitu kuat pada yang tersayang hingga tak rela mengejarnya sampai ke ujung dunia agar bisa bersatu.
Menurut musisi yang biasa disapa willy ini, lagu berirama pop ballad ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Bagaimana seorang pria yang terkesan tak tahu diri. Sudah disayang dengan begitu tulus malah meninggalkan pasangannya begitu saja.
“Hingga satu saat si cowok sadar kalau cewek yang ia tinggalkan begitu sayang padanya. Karena itu ia pun tidak menyerah untuk mencari cewek itu supaya bisa balik, baikan kembali,” jelas Willy.
“Sampai Ujung Dunia” menjadi projek solo pertama Willy yang sempat tertunda sekira setahun, gegara pandemi dan kesibukan masing-masing pihak yang terlibat. Lagu ini sendiri diciptakan Willy tahun 2019, setahun disempurnakan lagi dengan sedikit tambahan bagian lagu oleh Franky Sihombing Untuk menuntaskan single debutnya ini, Willy didukung Rinaldy Karwur yang mengaransir musik dan mengisi permainan keyboard, ada juga Gustu Brahmanta yang bermain drum. Proses mixing dan mastering ditangani Indra Q.
Penyanyi bernama lengkap William Kenji Sabuktra ini mulai tertarik pada musik sejak SD. Menginjak bangku SMP sudah mulai nge-band dan bikin lagu. Sejak 2005 ia turut memperkuat sejumlah band di Jakarta, bahkan sempat bernaung di salah satu label rekaman nasional. Awal kariernya William bukanlah vokalis, melainkan menjadi penggebuk drum. Ia merasa kurang percaya diri menjadi vokalis, namun pada akhirnya ia mencoba menyanyi sekaligus bermain gitar.
Cukup lama vakum dari aktivitas bermusik sejak 2013, setahun silam Willy memutuskan untuk kembali. “Saya merasa harus mengejar lagi passion saya yang sudah diberi oleh Tuhan, yaitu musik. Saya teringat, salah satu musisi Indonesia pernah bilang: kalau kamu nggak lakuin yang menjadi passion-mu, saat tua nanti kamu akan menyesal,” tutur Willy.
Tiga tahun terakhir di Bali memberi banyak kesan bagi Willy, di tengah kesibukannya membuat lagu, vlogging, menggeluti usaha event organizer, hingga memberi pelayanan di Komunitas Kayu Jati Bali. Soal bermusik, meskipun terasa sulit berkarya di tengah pandemi apalagi secara maksimal, pria 32 tahun ini mengatakan tidak patah semangat dan menjadikan ini sebagai tantangan. “Tugas musisi itu berkarya. Monumen yang bisa ditinggalkan musisi ya karyanya,” tandasnya. (231)