MUSIKBALI.COM – Satu lagi grup baru meramaikan belantika musik Bali. Namanya Low Frequency. Menariknya, grup ini didukung tiga personel yang sama-sama bassist. mereka tidak memainkan lagu seperti kebanyakan band lain, namun lebih memilh instrumental. Sebagai perkenalan, mereka telah merilis satu nomor berjudul “Beginning of Journey”.
Menurut Hanz, salah satu personel, terbentuknya Low Frequency berawal dari perbincangan bersama dua rekannya Dony Ate dan Arga di tempat tongkrongan dan menjadi pembahasan serius untuk pembuatan projek instrumental. Awalnya mereka mengkonsep nada dan bagan dari instrumen tersebut secara live. Lalu setelah konsep fix, mereka pun mulai berproses di studio rekaman di D.A Studio Rec.
“Ketika diajak temen-temen dalam projek ini, konsep dan visi misi beserta tim produksi di balik Low Frequency, saya jadi tertantang dengan bassist mengusung musik instrumental, apalagi belum ada konsep seperti ini di Bali. Padahal saya bukan kategori bassist yang ngga jago-jago amat, Nah, Arga dan Doni yang mengubah persepsi saya,” kilah Hanz.
Ditambahkan, masing-masing perssonel punya peran dan karakter yang berbeda. Misalnya Dony yang kuat di fingering, Arga dengan karakter slap yang powerfull, dan Hanz lebih menonjolkan sound bass.
Donny Ate, personel lainnya menambahkan, mereka membuat single karena ingin menuangkan inspirasi-inspirasi idealisnya di project ini, yang tidak bisa dituangkan di projek sebelumnya.
“Semoga dengan adanya projek ini bisa membuat rumah untuk para bassist yg ada di bali dan menyatukan frekuensi untuk membuat even-even atau panggung-panggung untuk wadah para bassist Bali,” harapnya.
Untuk pembuatan single “Beginning of Journey”, mereka dibantu oleh Mang Budi, salah satu talenta muda bali berbakat di bidang sound engineer. Setelah proses rekaman selesai, ketiga personel Low Frequency langsung bergegas untuk pembuatan video klip dibantu Adhisisnbro.
Di sisi lain, Arga mengatakan sebenarnya awal projek ini tercetus atas dasar kecintaan terhadap gitar bass. Ia pun ingin menuangkan semua ide-ide dan disalurkan melalui karya.
“Sebenarnya projek ini sudah lama ingn saya wujudkan karna terhalang kesibukan dan belum ketemu saja dengan orang yang sefrekuensi di Bali. Nah akhrnya sekarang terjadi dan itu awal mula kenapa kita menamai projek ini dengan nama Low Frequency karena atas dasar frekuensi yang sama,” ujarnya.
Arga pun berharap dengan munculnya Low Frequency bisa menambah dan menjadi salah satu referensi motivasi teman-teman musisi yang lain untuk selalu berkarya dalam kondisi apapun. (231)