
BENAR kiranya, mereka yang sudah telanjur mencintai satu bidang seni akan sulit melepas secara total “hobi” itu meski ada pasang surut dalam berkarya. Hal ini tampaknya juga dialami Agung Yudha, yang sempat membentuk band D’Kantin beberapa tahun silam. Setelah grup itu bubar, lalu Agung Yudha menyibukkan diri di bidang sinema, belakangan malah gairah untuk bermusik kembali meletup-letup. Pertemuannya dengan Indra Permana, akhirnya,menghasilkan satu kreasi baru. Sepakat memilih format duo, muncullah nama HIT.
Mulai mencoba berkarya dan menjajal panggung musik di seputaran Denpasar, HIT mantap menyatakan diri berada di jalur rock, dan tegas berjalan di isu sosial untuk lagu-lagunya. Tak mau ribet memikirkan format full band, keduanya berbagi peran. Selain menyanyi, Agung Yudha bermain gitar. Sedangkan Indra Permana menggebuk drum sekaligus mengisi vokal latar.
“Keputusan menjadikan HIT sebagai grup rock yang tegas berjalan di isu sosial tentunya berimplikasi terhadap musik HIT yang memiliki hubungan kuat terhadap wacana terkait layaknya korupsi, lingkungan, gerakan sosial juga hal-hal yang termarginalisasi,” papar Agung Yudha.
Selain terus menambah jam terbang dengan tampil di sejumlah acara musik, saat ini HIT tengah menggarap album pertama yang rencananya akan diluncurkan tahun ini pula. Selain album, HIT juga telah menggarap dua video klip, “Siaga Mental” dan “Pertiwi”. Dua lagu ini dimaksudkan mewakili persoalan besar baik di Bali maupun di Indonesia sendiri. Permasalahan mental dalam budaya korupsi dan perusakan alam.
Kegelisahan yang dialami personil HIT dalam menyikapi kehidupan sosial juga turut membentuk ideologi bermusik HIT. Dari segi karakter sound, HIT dominan terpengaruh Seattle Sound yang membesarkan nama Nirvana dan Pearl Jam, dua dari sejumlah band yang dikenal mengusung aliran Grunge. Selain itu HIT juga tak memungkiri pengaruh Foo Fighter dan beberapa band rock lain.
“Dengan padanan gitar akustik berdistorsi, lirik yang lepas dan drum yang menghentak, HIT akan terus berkarya tanpa tedeng aling-aling. Seperti filosofi kata HIT yang terdengar langsung, cepat, keras sekaligus tegas, let’s HIT it!,” pungkas Agung Yudha. *231