22/10/2025
BEHIND THE MUSIC tampilkan di SLIDESHOW

Galau Krisis Negeri, Menggerutu Lewat Lagu

mawut1APA yang bisa dilakukan ketika banyak dari kita prihatin melihat krisis dalam berbagai hal di negeri tercinta ini? Paling banter kita hanya bisa ngomel, menggerutu tanpa bisa berbuat lebih jauh. Di tangan seniman, gerutuan itu bisa menjadi satu karya. Inilah yang dilakukan Made Mawut, yang merasa galau dengan krisis negeri ini, lalu “menggerutu” lewat lagu.

Bukan sekadar menggerutu, Made Mawut menuangkan uneg-unegnya dalam kata-kata yang dibalut musik blues. Jadilah satu album rekaman yang diberi judul “Blues Krisis”. Album ini diperkenalkan dalam satu acara peluncuran di Taman Baca, Kesiman, Denpasar, Sabtu (2/8).  Meramaikan acara peluncuran album “Blues Krisis” juga digelar diskusi bertajuk “Blues, Jokowi, dan Gerakan Sosial” bersama antropolog Degung Santikarma dan Leslie Dwyer

Ada enam lagu ciptaan Made Mawut di album ini, ditambah stau lagu dari Marjinal, band punk asal Jakarta. Di tiga lagu awal, Made menggerutu bagaimana kebutuhan pokok kita sedang dalam krisis. Lagu “Krisis Air” misalnya bertutur bagaimana langkanya air bersih. Kondisi nyata yang terjadi di Bali kini, di mana semakin banyak orang mengumpat karena kran air mereka ngadat di rumah, namun melimpah di hotel mewah.

Pada lagu “Krisis Pangan”, Made Mawut mengeluhkan bagaimana paceklik yang makin sering terjadi di negeri yang dalam lagu “Kolam Susu” (Koes Plus) digambarkan sebagai tanah surga, tempat tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman. Di lagu “Krisis Swasembada” muncul gerutuan tentang kondisi jaman sekarang di mana membeli sebagai satu-satunya jalan keluar. Semua hal adalah komoditi, dari beras hingga gosip. Pasar ada di mana-mana, baik yang material maupun spiritual. Inilah yang menyebabkan krisis, karena dalam pasar terbukti yang kaya jauh “lebih lapar” daripada mereka yang memang benar-benar lapar.

Baca Juga:  Lagu Baru di Ultah ke-9 Four United

Di tiga lagu berikutnya, Made meggerutu tentang krisis yang sedang terjadi pada sistem di negara ini. Sebut misalnya pemberian bantuan langsung tunai sebagai pengganti subsidi BBM, namun diiringi dengan semakin naiknya harga-harga kebutuhan lainnya, yang diungkapkan dalam lagu “Krisis Subsidi”. Subsidi hanya menjadi bualan kesejahteraan, rakyat tetap menjadi tumbal. Di lagu “Krisis SDM” Made mengeluhkan lingkaran “setan” sistem pendidikan dari SD hingga sarjana, yang seringkali hanya menciptakan ijasah sebagai cinderamata. Sedangkan lagu “Krisis Nurani” menuangkan keluhan akan kondisi si miskin yang semakin terjepit disaat sakit.

Selain enam ciptaan sendiri, Made Mawut membawakan ulang lagu “Hukum Rimba” dari band punk Marjinal. Hukum Rimba diciptakan pada tahun 1990-an, sebagai kritik terhadap sistem hukum saat itu yang selalu memihak penguasa Orde Baru. Made Mawut mengambil lagu ini sebagai ungkapan kekecewaan terhadap sistem hukum dan kondisi Indonesia sekarang, yang hanya mampu menghakimi maling-maling “kecil” tapi tetap melindungi “maling besar”.  *adn/can

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *