
BERAWAL sebagai penggemar lagu pop Bali, Eka Swastika memberanikan diri untuk mencoba menyanyi sekaligus merilis rekaman. Masa pandemi tak menyurutkan niatnya menyalurkan hobi dan minat di bidang musik. Dalam waktu setahun, ia sudah merilis setidaknya enam rekaman lagu pop Bali. Terakhir, ia diajak duet untuk lagu “Dot Nyumunin” bersama Dee Boy Pande.
Pada awalnya, Eka hanyalah penggemar lagu pop Bali seperti kebanyakan lainnya. Hingga satu saat memberanikan diri ikut lomba menyanyi. Dari ajang tersebut ia berkenalan dengan sejumlah teman baru, yang kemudian menyemangatinya untuk mencoba rekaman.
“Jadi awalnya coba-coba saja, biar pernah saja merasakan bagaimana sih orang rekaman. Siapa sangka keterusan, jadinya berlanjut,” ujarnya sembari tertawa.
Wanita kelahiran Singaraja, 38 tahun silam ini mengawali kiprahnya di belantika musik pop Bali pertengahan 2020 lalu dengan merilis lagu “Rindu” ciptaan Dek Widhi, yang juga membuatkannya lagu untuk rekaman kedua di tahun yang sama, “Mapamit”.
Muncul di tengah masa pandemic tak menyurutkan semangat Eka yang didukung penuh oleh keluarga terutama sang suami. Tak berselang lama dari single ke-2, ia sudah merilis lagu “Nanceb di Hati” (Nadi) ciptaan Awet Brekele yang dilepas akhir tahun lalu.
Tahun ini, penyanyi yang lebih banyak mengisi waktunya dengan kesibukan sebagai ibu rumah tangga ini merilis “Dompet Mainfus” duet bersama Mang Dan, disusul “Cemburu Buta” ciptaan Turah Leci. Setelah beberapa kali rekaman, Eka merasa tertantang menciptakan lagu sendiri. Jadilah “Ngiring Mulat Sarira” yang dirilis Agustus lalu.
Meskipun sudah mempublilasikan beberapa karya, wanita bernama asli Eka Suryastini tak mau disebut sebagai seorang artis, cukup penyanyi saja. Pun, ia mengaku tak ada yang berubah darinya sejak menjadi penyanyi rekaman dan mulai dikenal penggemar lagu pop Bali.
“Aduh … saya ngga ada apa-apanya. Saya hanya orang bodoh yang mencoba turut meramaikan musik pop Bali,” kilah penyanyi yang lebih sering membawakan lagu bercorak pop melayu juga dangdut ini. (231)