MUSISI asal Singaraja, Dwarsa Sentosa, menunjukkan kedigjayaannya. Didukung The Reimlad, komunitas Seni Reim Space, ia berhasil menduduki peringkat II atau runner-up Festival Musik Superstar Supermusic 2023 di Jakarta, pekan lalu.
Berlaga di grand final, Dwarsa bersaing ketat dengan Shock Monkey yang menduduki peringkat teratas dan Rimba di peringkat III. Sebelumnya, Dwarsa sudah unggul saat final regional di Surabaya, Mei lalu. Menurutnya, hasil maksimal yang dicapainya bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga membawa nama daerah, Bali.
Produser musik yang telah merilis dan bekerjasama dengan sejumlah penyanyi dan musisi lokal Bali ini sedari awal punya keinginan yang lebih tinggi. Karenanya begitu ada kesempatan berlaga di kompetisi Supermusic, ia mengambil peran sebagai frontliner dengan menggandeng The Reimland sebagai session player.
Disinggung tentang pengaruh permainan dan warna musik dari band atau grup musik nasional, Dwarsa tidak memungkiri. “Ya, warna ini terinspirasi dari Barasuara, Baskara Putra, dan Navicula,” ujarnya.
Dikatakan, project solo yang ia kerjakan ini sebatas ungkapan kemarahan terhadap permasalahan hidup yang ia hadapi beberapa waktu. Permasalahan yang cukup berat karena hampir menenggelamkan rumah produksinya, MarGarani Production.
“Ternyata ambisi lebih kuat dibandingkan masalah. Dengan karya yang saya bua, MarGarani Production tidak tumbang, malah melesat sampai ke Ibukota, Jakarta,” pungkasnya. (231)