22/10/2025
Bali

D’Ariek Ikut Bicara Ogoh-Ogoh

MUSIKBALI.COM – Maraknya perbincangan tentang ogoh-ogoh saat menjelang Hari Nyepi beberapa waktu lalu, ternyata juga mengundang penyanyi D’Ariek untuk ikut bersuara. Namun bukan berkomentar atau berpolemik, melainkan bersuara lewat lagu.

Ya, Nyepi yang baru saja berlalu menjadi momentum bagi D’Ariek dan band untuk memperkenalkan satu lagu baru yang diberi judul “Ogoh-Ogoh”. Sesuai judulnya, sudah jelas lagu ini mengangkat tema ogoh-ogoh, tradisi mengarak ‘boneka’ berukruan besar yang dibuat menyerupai raksasa atau tokoh jahat sebagai simbol butha kala.

Di lagu “Ogoh-Ogoh” pula, D’Ariek masih didukung band dengan formasi Ketek sebagai gitaris, BG sebagai bassist, dan Jhon sebagai drummer. “Mudah-mudahan ini juga bisa memberi warna baru pada karya-karya D’Ariek selanjutnya,” harap D’Ariek.

Ia pun berharap “Ogoh-Ogoh” yang sudah dibuatkan video musiknya ini bisa diterima penikmat musik Bali. “Kami sangat mengharapkan kritik membangun dari teman-teman semua agar ke depannya kami bisa lebih baik dalam berproses,” demikian D’Ariek.

Baca Juga:  Ocha Prastya Mengeluh, “Alih-Alihan Keweh”

Musisi bernama lengkap I Made Arisandhi ini mulai bermusik pada tahun 1999 dengan membentuk band yang membawakan lagu-lagu rock klasik hingga heavy metal dari band kenamaan seperti Deep Purple, Iron Maiden, Helloween, dan sebagainya. Di tahun 1999 mereka sempat menjadi juara favorit festival rock se-Jawa dan Bali yang digelar oleh Diamond Mountain.

Setahun kemudian, pria kelahiran 1981 ini mencoba untuk bermain di pub-pub di seputaran Legian dan Kuta. Ia pun mulai mempelajari dan lebih banyak lagi aliran musik. Hingga saat memutuskan berkarya di lagu pop Bali sejak empat tahun lalu, staf pada Program Studi Pascasarjana Fakultas Kedokteran Unud ini masih memainkan beragam musik.

Beberapa rekamannya yang tersebar di kanal Youtube seperti “Cinta Gila”, “Whatever”, “De To Sangetange”, “tresna Matimpal”, “Kusadari”, “Tanpamu”, “Magedi”, “Masa Lalu”, hingga “Gelebugin Bulan”, “Nyolong Semara”, “Uli Dija Manolih”, dan “Pait”. (231)