SOLOIS asal kota Singaraja, Gede Angga Prasaja (GAP), sekali lagi menunjukkan eksistensinya di belantika musik. Senin (19/7) ia memperkenalkan lagu terbarunya yang berjudul “Arti Hidup” melalui berbagai gerai musik digital dan media berbagi seperti Youtube. “Lagu ini juga memperkenalkan warna baru yang berbeda dari karya-karya saya sebelumnya yang kesannya lebih ke band,” kata Angga.
Menurut Angga, “Arti Hidup” ia ciptakan sebagai persembahan untuk sang istri, dengan lirik yang sederhana namun kuat. Ini adalah lagu pertama untuk projek rekaman solo yang keseluruhan lagu diciptakan sendiri. Gubahan melodi lagu “Arti Hidup“ dengan lirik yang kuat dan khas dari Gede Angga Prasaja dipilih untuk dirilis pertama sebagai wajah terdepan dari rencana album pertamanya nanti.
Kali ini, ia memproduksi lagunya di bawah label independen yang dibentuk sendiri bersama sang istri, Little Princess (LP) Music. Bahkan sang istri juga yang menangani pembuatn video musik. Untuk proses rekaman, Angga dibantu arranger Abel Dwipayana yang juga menangani rekaman tiga lagu sebelumnya.
Berbicara mengenai projek menyanyikan lagu ciptaan sendiri, Angga mengatakan higga saat ini sudah empat lagu yang direkam. Namun demikian ia merasakan tantangan terberat dalam masalah promosi.
“Ini mungkin juga tantangan semua musisi di Bali pada umumnya, masalah promosi. Apalagi kalau berbicara promosi lewat radio atau televisi membutuhkan biaya yang sangat besar,” ujarnya.
Bagi Angga, dunia musik bagai sudah mendarah daging. Ia mengawali karier bermusiknya dari panggung ke panggung sebagai vokalis band sejak umur 15 tahun. Ia sempat bergabung dengan sejumlah grup band yang melanglang berbagai ajang festival, seperti X-Man, juga The Frame. Bedanya jika X-Man lebih mengarah ke festival, The Frame ditujukan sebagai grp band yang lebih komersil.
Bersama The Frame, Angga sudah merilis “Kembalilah” dan “Cinta Kamu Tapi Boong”. Namun selepas itu ia cukup lama vakum menyanyi. Lembaran berikutnya, Angga mencoba bersolo karier dengan merilis lagu berbahasa Indonesia seperti “Salah Paham”, “Segalanya Untukmu”, dan “Detik Nafasku” (231)