ANOM Darsana, pegiat musik yang mengibarkan bendera Antida Music, baru saja kembali dari lawatannya selama beberapa hari ke negeri ginseng, Korea Selatan. Kehadiran co founder Ubud Village Jazz Festival ini menjadi istimewa, karena ia satu-satunya delegasi dari Indonesia yang diundang untuk berbicara di forum Asia Pacific Music Meeting (APaMM) 2017. Anom berada satu forum dengan musisi dan praktisi musik kreatif dari berbagai Negara dunia sebagai panelis untuk diskusi yang tahun ini mengangkat tema what ways can artoist tour the Asian circuit.
Tahun ini kali kedua Gung Anom – begitu ia biasa disapa – tampil di acara tahunan tersebut. Ada banyak cerita menarik yang dituturkannya sebagai “oleh-oleh” kepada dunia musik di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Mengapa kemudian setelah mengikuti ajang tersebut, ia malah menyatakan jika world music itu sebenarnya Indonesia?
“Saya bertemu dengan orang-orang hebat di bisnis musik, juga musisi-musisi muda Korea yang antusias mereka jauh lebih dinamis daripada musisi kita di Bali, untuk menjelajahi dunia luar dengan musik mereka,” tutur Gung Anom kepada mybalimusic.com.
Bila kemudian musik Korea menjadi begitu cepat mendunia dan banyak digemari, salah satunya karena pemerintah di sana mendukung secara total generasi muda yang berbakat di musik. GungAnom nuga melihat lanskap rinag jusis-musisi Korea yang sangat menunjukkan sisi profesional mereka dalam mengemas dan mempersiapkan diri untuk merambah dunia internasional.
”Politik Korea yang sangat dinamis, mencoba dengan menggagas ajang seperti APaMM membuka jalur untuk mengirim musisinya ke luar negeri. Ya caranya dengan mengundang orang-orang yang sudah sangat berpengalaman di bisnis musik dan festival dari seluruh pelosok dunia. Sebut misalnya seperti penggagas Rainforest Festival, Womex Music Dish, Womade, termasuk saya dari bidang festival di Asia,” tambah Gung Anom.
Sosok yang kerap menggagas acara musik kreatif ini berpandangan, jika konsep serupa bisa diterapkan di Indonesia, akan dahsyat sekali jadinya, karena Indonesia memiliki begitu banyak musisi yang sangat variatif. Begitu juga berapa banyak musik etnik yang ada di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. “World music itu sebenarnya ya Indonesia,” tukasnya.
Saat tampil di forum APaMM, Gung Anom memaparkan presentasinya yang berkaitan dengan kendala apa yang musti dihadapi dan langkah apa yang harus diterapkan oleh musisip-musisi untuk dapat go overseas. Antusias positif dari semua pihak dan peserta diskusi panel menjadi awal yang baik untuk memulai kerjasama antarnegara yakni Indonesia dan Korea dalam kancah internasiomal. Tak berlebihan bila kemudian ia merasalan banyak hal positif yang didapatkan dari ajang APaMM 2017. Begitu banyak networking yang dihasilkan, dan bisa jadi ini akan membawa pengaruh yang baik bagi iklim musik di tanah air. Tak hanya itu, melalui networking yang telah digali, Gung Anom dapat menjadi “pawang” rekomendasi bagi musisi-musisi Tanah Air untuk melaju ke negeri yang tak terbatas,
Asia Pacific Music Meeting (APaMM) adalah pasar musik terbesar di Korea yang diadakan di Ulsan tiap tahunn. Banyak peserta, delegasi terkemuka dari berbagai negara telah ambil bagian di acara ini. Secara aktif mereka menyuguhkan pertukaran informasi terbaru tentang trend pasar musik serta melakukan diskusi tentang pasar musik secara intens dan mendalam. (231)