GRUP band Antrabez memenuhi janjinya untuk merilis rekaman baru di paruh pertama tahun 2018 ini. Satu album berjudul “No Limit” akan dirilis secara resmi 28 Maret mendatang dalam satu konser di halaman TVRI Denpasar. Sebagai awal, personel Antrabez — Febri (vokal), Octav (gitar), Rifa (gitar), Ronald (keyboard) dan Daus (drum) – memperkenalkan materi album dan video klip untuk lagu berjudul “Indonesia” di hadapan wartawan di aula Lapas Kerobokan, Badung, Kamis (22/3).
Menurut Anom Darsana dari Antida Music sebagai produser, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk menyelesaikan album ke-2 Antrabez. Proses rekaman dan mixing secara keseluruhan dilakukan di Antida Record dengan penatar rekaman Racka. Untuk mastering album dilakukan di Jakarta, melibatkan Simon Cotsworth yang sudah sering melakukan mastering untuk album-album musisi luar seperti Santana. “Ini penting untuk memastikan kualitas album No Limit ini sesuai dengan standar album dunia, karena dunia memang layak menerima album ini,” demikian Gung Anom.
Ditambahkan, untuk album “No Limit” selain diedarkan melalui situs toko musik online, juga dibuat dalam bentuk fisik namun tidak berupa CD audio seperti album pertama. Album ini diproduksi dan diedarkan dengan tampilan flashdisk yang dirancang menyerupai kartu sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana. Selain itu dapat digunakan ulang untuk menyimpan file-file pribadi tanpa menghapus isi yang sudah ada.
Album “No Limit” memuat dua lagu berbahasa Indonesia, “Alam Bernyanyi” dan “Indonesia” serta 8 lagu berbahasa Inggris seperti “Secret of Life:, “Two Lines Forever” serta “Rhytm of Love. Keseluruhannya ciptaan Octav, sang gitaris. Prihal komposisi lagu yang kali ini justru lebih banyak mengedepankan lagu berbahasa Inggris, menurut Octav semata-mata karena Antrabez ingin menunjukkan eksistensi mereka lebih luas lagi tak hanya di Bali dan Indonesia, namun juga ke dunia luar.
“Kami harapkan album ini dapat menjadi motivasi sekaligus bukti bahwa kami tetap mampu berkreasi dan berkarya meskipun dibatasi oleh terali besi, sebab kreativitas adalah hal yang tanpa batas,” ujar Febri, sang vokalis.
“It’s miracle, kami yang ada di balik terali besi mendapat kesempatan dan bisa berkarya seperti ini. Ibaratnya kami bisa bangkit dari keterpurukan,“ imbuh Octav.
Di bagian lain, Gung Anom selaku produser mengakui, menangani project Antrabez tentu jauh dari sekadar urusan bisnis atau untung rugi. Ada dorongan sosial dan idealis dalam berkesenian yang membuatnya total terlibat untuk produksi album ke-2 Antrabez sedari persiapan hingga publikasi secara luas. “Kenapa saya mau, karena belum ada yang melakukan ini sebelumnya. Saya sendiri ingin mencoba dan sampai di mana saya bisa membuat Antrabez ini dikenal di masyarakat daerah, nasional bahkan internasional,” jelas pria yang biasa disapa Gung Anom ini.
Dikatakan, musik selalu memberikannya inspirasi positif untuk memfasilitasi kemampuan seni para seniman apalagi mereka yang dibatasi oleh kebebasan. “Ini jauh kebih menarik buat saya untuk berkaya bersama mereka. Hanya Antida yang bisa mengeluarkan mereka (dari dalam Lapas) dengan karya musik. Betapa hebatnya musik tersebut,” tambahnya.
Pendapat tak jauh berbeda diungkapkan Tony Nainggolan, Kalapas Kerobokan. “Melihat potensi yang mereka miliki, dan keinginan membuat kami segenap jajaran Lapas Kerobokan Bali memberikan dukungan penuh untuk mereka dalam mewujudkan mimpi mereka melalu langkah kreatif ini, dan hal ini pun bisa ditiru oleh semua potensi-potensi yang ada di dalam Lapas Kerobokan ini,” harapnya. (231)