HAMPIR setahun setelah memperkenalkan lagu “Sang Dewi” dan “Jangan Tangisi (Perbedaan)”, Motifora akhirnya merilis album baru yang diberi judul sama, “Sang Dewi”. Album ke-2 band lagu pop berbahasa Bali ini sudah diedarkan secara luas dalam format CD audio mulai minggu ini. Butuh waktu dua tahun bagi Motifora untuk menghadirkan karya ini setelah rilis debut mereka “Hitam Putih” awal 2015. Lalu apa pertimbangan Motifora baru merilis album rekamannya bahkan setelah cukup mempublikasikan dua lagu di antaranya melalui media sosial dan media berbagi seperti Youtube?
“Sebenarnya lagu Sang Dewi itu hanyalah single pembuka, dalam artian bukan hits single. Mengapa Sang Dewi yang dipilih untuk dipublikasikan lebih dahulu, karena ini adalah judul album kami dan kami ingin supaya lebih dulu akrab di telinga pendengar. Selain itu kalau terkesan lama ya … karena faktor penggarapan juga yang menjadi kendala untuk merilis album ini,” papar Tunik, vokalis Moitifora kepada mybalimusic.com di Denpasar, Selasa (21/2).
“Sang Dewi” memuat 10 laguseperti “Warnai Warnamu”, “Sang Dewi”, “Broken Heart”, “51 (MaBesik)”, “Jangan Tangisi (Perbedaan)”, “Sukla (Suksma Lan Astungkara), “Judul Lagu”, “Tri Hita Karana”, “Tinggalkan Dunia”, dan satu lagu didukung biduanita Ayu Wiryastuti, “Bandara”. Beberapa materi lagu sebelumnya sudah dirilis melalui Youtube. Dari seluruh lagu itu, Motifora justru memilih “Judul Lagu” sebagai andalan.
“Kenapa kami memilih Judul Lagu, karena lagu ini yang musiknya paling beda daripada lagu-lagu motifora sebelumnya. Jika dibandingkan dengan album pertama, ya memang tidak ada perbedaan secara signifikan. Cuma di album ke 2 ini musiknya lebih variatif, ada lagu yang berirama rock juga. Selain itu yang amat sangat membedakan ya dari segi lirik lagu. Kalau di album sebelumnya, liriknya serius-serius saja tentang cinta, tapi di album ke 2 ini ada beberapa lagu yang liriknya jenaka seperti Broken Heart dan Judul Lagu,” jelas Tunik sembari menyebut album “Sang Dewi”, sebagai awal dari kedewasaan Motifora dalam bermusik
Motifora yang berasal dari desa Munduk, kecamatan Banjar, Buleleng awalnya terbentuk dengan nama Motiforline di tahun 2009. Saat ini didukung formasi Tunick (vokal, gitar), Rheno (gitar melodi), Eri (bass), dan Anna (drum) Meskipun datang dengan latar belakang dan dasar bermusik yang berbeda-beda, namun keempat anak muda ini mencoba melebur dalam satu visi dan misi dalam bermusik, bagaimana menghibur dan menyenangkan masyarakat.
Grup yang memilih bermain di jalur pop rock alternative ini pernah penjadi finalis dalam ajang festival bergengsi yang digelar salah satu produk rokok, dengan masuk 12 besar seleksi area Bali-Nusra. Selain itu juga pernah menjadi 10 besar di Festival Gong 2010 yang digelar JTV Surabaya. Di kalangan penggemar lagu pop Bali, nama Motifora dikenal luas berkat sukses lagu “Ngalahin Gumi”. Sejumlah lagu mereka berhasil memikat penikmat musik secara luas, salah satunya lagu “LDR” (231)