SETAHUN silam, grup band Reinkarnasi sudah berancang-ancang akan merilis album ke-2. Bahkan materi lagu sudah siap untuk direkam. Namun hingga menjelang akhir 2016 ini, album yang direncanakan berjudul “Kaliyuga” itu belum muncul juga. “Iya, molor setahun lebih. Tapi kami tetap semangat, dan target akhir tahun ini sudah bisa dibereskan,” jelas Gunkya, gitaris grup ini.
Dikatakan, kendala teknis di studio rekaman menyebabkan grup ini harus bersabar dan rela menunda proyek baru mereka. Terutama lantaran Hendra, penata rekaman yang menangani album ini tengah sibuk bersama band Lolot. Alhasil, rencananya bulan depan baru lanjut mastering, sehingga akhir tahun bisa rilis.
Kebersamaan di grup yang sudah memasuki tahun ke-6, membuat personel Reinkarnasi tetap semangat berkarya, bahkan bersemangat lagi untuk mencoba memberikan sesuatu yang berbeda di blantika musik Bali. “Dari segi lirik lebih dan musik, mungkin bisa dibilang lebih dewasa daripada album pertama,” tambah Gunkya.
Sebelum “Kaliyuga” yang akan berisi 10 lagu selesai digarap, Reinkarnasi justru sudah mulai “membocorkan” empat materi lagu baru ke radio-radio di Bali, dan dipromosikan melalui program nada sambung pribadi yang disponsori salah satu provider selular. Empat lagu tersebut, “Nunas Ampura”, “Pejalan Idup”, “Satya Matimpal”, “Karangasem Bersatu” dipersiapkan sebagai materi andalan.
“Kenapa kami memilih lagu-lagu tersebut untuk dijadikan sebagai NSP, karena lagu-lagu tersebut memiliki karakter yang kental akan musik dari Reinkarnasi. Di samping itu lagu Pejalan Idup yang mudah-mudahan bisa memberikan warna berbeda di blantika musik Bali. Mudah-mudahan album ke-2 kami nanti bisa mendapatkan respon yang positif dari penggemar musik rock di Bali,” demikian Gunkya.
Reinkarnasi yang terbentuk 2010 didukung formasi Agung Amba (vokal/gitar ritem), Gunkya (gitar melodi), Gusde (bass), dan D’fat (drum). Sebagai band berbahasa Bali yang mengusung aliran fusion rock pertama kali muncul 2003 dengan nama Ghaet. Sempat vakum cukup lama, akhirnya mereka pun membentuk ulang band ini dengan formasi baru dan diberi nama Reinkarnasi, sebagai pertanda “kelahiran kembali” grup musik ini. Album pertama “Rwa Bhineda” mereka rilis akhir 2010 dengan memuat 8 lagu seperti “Mr. Made”, “Bagus Kaden”, “Kecewa”, dan “Frustrasi”. Genre fusion rock yang memadukan suara distorsi gitar yang tebal dan sentuhan klasik, serta suara vokal yang berat, diharapkan dapat menyuguhkan sesuatu yang berbeda bagi para penggemar music rock di Bali. (231)