
ARYA Mantara menunjukkan konsistensinya dalam membuat rekaman instrumental khususnya gitar. Yang terbaru, ia merilis mini album bertajuk “Panca Aksara. Dibandingkan karya sebelumnya, diakui album ini penggarapannya termasuk sangat santai.
“Karena tujuan awal membuat lagu hanya untuk sekedar mendemokan sound dari produk gitar saya, MTR Guitars. Setelah dikumpulkan materi lagu-lagunya ternyata bisa menjadi mini album,” ujarnya kepada mybalimusic.com.
Walau demikian Arya mengatakan ada juga lagu di mini albumnya ini yang digarap serius atau secara khsusus, yakni lagu “Panca Aksara” dan “Rain in Besakih”. “Kedua lagu ini menceritakan tentang perjalanan spiritual saya selama beberapa tahun belakangan ini,” katanya.
Selain dua lagu yang disebutkan, “Panca Aksara” juga memuat nomor “Telecaster Drop”, “Rock n Roll Jam”, “NightLife”, dan “Jet Tempur”. Ini menjadi album ke-5 yang dirilis Arya, setelah setelah “The Art of Rock” (2008), “Musicology”(2010), dan “Electric Land” (2013), dan Ada lima nomor yang terangkum di album “New Life, New Hope” (2020).
Merilis album instrumental secara konsisten, menurut Arya termasuk menantang dan susah karena berusaha menyampaikan sesuatu tanpa lirik. Pengalamannya, merilis album instrumental itu gampang-gampoang susah karena penggemarnya tidak banyak.. Namun baginya, justru itu menjadi tantangan tersendiri.
“Dari awal saya bermusik dulu, saya memang bercita-cita merilis album-album instrumental.. Sekarang keinginan itu sudah tercapai,” tandasnya. Lahir dari keluarga yang memiliki hobi dan bermain musik, Arya sudah terbiasa menyimak beragam jenis musik sejak kecil terutama classic rock dan jazz. Awalnya ia mulai belajar musik dengan main pianor sejak masih kanak-kanak. Ketertarikan dan konsentrasinya ke gitar muncul saat remaja, ketika orangtuanya memberikan hadiah gitar akustik.
Dalam bermain gitar, Arya mengaku terpengaruh oleh permainan gitaris kenamaan seperti Joe Satriani, Paul Gilbert dan Steve Vai. Ia pun mulai mempelajari lagu-lagu sejumlah band terkenal, hingga kemudian beguru pada gitaris rock Mahendra juga gitaris jazz Ermy Usman di Jakarta, juga sempat juga menimba ilmu dari musisi Jazz Bali, Koko Harsoe.
Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan itulah mulai mengembangkan permainan, hingga 2004 memutuskan untuk bersolo karier dan menggarap sejumlah komposisi musik gitar. (231)